Mencari Informasi

  • Save

 

Mencari Informasi
 
Saham perusahaan Telkom turun lumayan, yang karena dipicu pelemahan kinerja. Hal ini tercermin di laporan keuangan terbarunya. Walau penjualan tidak berubah, tapi laba bersih turun sekitar 28%. Apakah ke depan bakal lebih turun lagi? Itu harus kita analisa.
 
Sedangkan penurunan kinerja ini ternyata sudah dibahas manajemen telkom di bulan Mei. Jadi sekitar 2 bulan sebelum laporan keuangan terbaru keluar. Dan ini juga sudah berkembang kondisi regristasi kartu selama 6 bulan terakhir. Jadi sesuatu yang bisa kita perkirakan.
 
Kita mencari informasi, kemudian mengolahnya dan mengambil keputusan investasi. Bagaimana mengolah dan mengambil keputusan bisa kita bahas di artikel berikutnya. Kali ini kita membahas tentang mencari informasi.
 
Banyak yang sering menduga bahwa informasi ini disimpan oleh manajemen dan hanya segelintir orang yang mengetahui. Sehingga ketika rugi dan nyangkut di saham itu, kesalahan ada di pihak lain, bukan karena keputusan sendiri.
 
Tapi benarkah demikian? Informasi paling cepat didapatkan jelas di internal perusahaan. Karena mereka dibayar untuk mengatasi masalah yang ada. Jadi ketika masalah akan muncul, seharusnya manajemen yang paling tahu duluan. Kemudian mereka yang duluan mengetahui solusi terhadap masalah. Ini wajar karena itu Tugas mereka adalah itu. Yang tidak wajar adalah manajemen yang tidak tahu apa yang terjadi di perusahaannya dan apa yang harus dilakukan.
 
Sebagai pemilik, manajemen yang serba tidak tahu akan menjadi masalah, dan sudah sepantasnya kita berhentikan. Kalau sebagai investor, walau sebagai pemilik, kita akan susah untuk memberhentikan manajemen, maka yang paling logis adalah menjual sahamnya.
 
Pihak kedua yang tahu informasi adalah orang-orang yang berinvestasi dengan dana besar. Ini juga wajar. Jika kita menaruh uang kita sebanyak milyaran di sebuah perusahaan, sudah sepantasnya kita harus mencari segala informasi dulu. Buy what you know and know what you buy adalah kata dari yang masuk akal. Atau istilahnya dalam bahas Indonesia adalah jangan beli kucing dalam karung. Kalau kami berinvestasi sampai ratusan milyar, membayar orang jutaan untuk mencari informasi adalah hal yang pantas untuk dilakukan. 
 
 
Jadi tidak usah heran, mau serius berinvestasi, kita harus serius juga dalam melakukannya. Kemudian ada pihak lain lagi yang akan tahu sebagian informasi, misalnya wartawan yang kebetulan sedang melakukan tugasnya. Sayangnya, kadang wartawan karena ke terbatasan sumber daya, mungkin tidak mengutip keseluruhan informasi. Mungkin juga dirasakan mereka tidak menjual, jadi tidak penting. Padahal mungkin itu berguna untuk kita. 
 
Dan yang paling bawah adalah orang-orang yang duduk diam di tempat tidur menunggu informasi datang kepadanya. Dan berharap informasi ini harus akurat. Misalnya besok saham apa yang bakal membuat mereka menjadi kaya raya. Apakah ini akan berhasil? Bisa saja, tapi untuk apa mengambil yang tidak perlu. 
 
Dengan jaman informasi, maka informasi yang berkembang sedemikian banyak. Bagaimana mungkin kita yang investor amatir bisa mengikuti semuanya. Apalagi kalau punya beberapa perusahaan. Ini bisa kita antisipasi dengan beberapa cara. 
 
Misalnya dengan memperpanjang jangka waktu investasi. Masalah terbesar yang kami temui adalah banyak investor tidak memiliki kesabaran dalam berinvestasi. Maunya hari ini beli, besok jual, minggu depan kaya raya, bulan depan pensiun. Atau istilahnya, dengan waktu sesingkat-singkatnya mencapai tujuannya. 
 
Sayangnya, kinerja perusahaan, dan reaksi investor lain terhadap kinerja perusahaan ada di luar kontrol kita. Jadi tidaklah logis kita melawan waktu. Justru waktu itu harus dijadikan teman. Kita menunggu situasi ada di pihak kita kemudian bertindak. 
 
Bukankah semua masalah yang terjadi, selalu jawabannya adalah berikan saya waktu untuk menyelesaikan. Ingat saja, manajemen juga berusaha keras demi kelangsungan karir dia di sana. Waktu adalah teman untuk yang sabar dan menjadi musuh bagi yang tidak sabar. 
 
Contoh, tadi ketika kami membeli saham, bisa saja kami langsung membeli karena nilai perusahaan sudah murah. Tapi kami memutuskan untuk menunggu. Akhirnya ada yang memutuskan menjual murah. Ketidak sabaran orang lain digabung dengan kesabaran kita akan membuat hasil yang bagus. 
 
Kemudian, untuk meminimalkan risiko, kita bisa mengurangi jumlah perusahaan yang kita pilih. Sejak memutuskan menggunakan value investing, kami mengetahui semua alasan di balik transaksi kami. Yang mana dulu pasti sudah lupa semua karena setiap hari harus bertransaksi beberapa kali. Besok juga harus dilupakan lagi karena sudah harus memulai lembaran baru. 
 
Dengan mengurangi jumlah perusahaan yang diawasi, kita akan seperti mengawasi telur di dalam 1 keranjang. Kami jadi tahu ada perusahaan konstruksi yang sejak 3 tahun lalu memutuskan ekspansi keluar negeri, dan hasilnya terlihat sekarang ketika dollar naik tinggi, dia sudah ada bantalan. Bisa dibaca analisa kami di artikel belakang. Kemudian ada perusahaan property yang sudah tahu ke depan akan banyak yang mulai fokus high rise building, sehingga proyek mereka sekarang mengarah ke sana. 
 
Atau ada perusahaan yang tanpa hutang, ada juga perusahaan yang 10 tahun selalu naik kinerjanya karena manajemennya pelit. Mau rapat di kantornya, cuma dapat Nasi kotak. Itu pun untuk yang sabar menunggu. Kalau jangka waktu berinvestasi kita panjang, kita akan punya waktu dan sumber daya untuk menyelidiki.
 
Kemudian memiliki patner-patner berinvestasi yang baik. Yang tidak memberikan kita informasi palsu. Sekarang ini, di mana-mana selalu ada penyebar hoax. Bukan di Indonesia saja, tapi di mana pun. Dan bukan tentang politik saja. Kadang hoax muncul dari ketidak tahuan orang yang membuat. Kadang juga karena niat jahat.
 
Patner yang baik itu Ibarat dan Charlie Munger. Mereka saling melindungi. I watch your back you watch my back. Mungkin itu istilahnya. Kami juga seperti itu. Tidak mungkin kita bisa berhasil tanpa bantuan orang lain. Untuk naik level, kita bisa menginjak orang lain atau bersama-sama berkembang. Kalau memilih menginjak orang lain, cepat atau lambat kita akan kehabisan orang untuk diinjak. Dan yang diinjak cepat atau lambat akan memberontak.
 
Lebih baik selalu punya teman yang bisa diandalkan. Diandalkan bahkan dalam kapasitas cukup menemani dalam kesulitan. Ingat saja, seorang teman belum tentu bisa menghilangkan masalah kita, tapi seorang teman tidak akan hilang ketika kita dalam masalah.
 
Dalam dunia yang memikirkan untung-rugi, terkenal-terkucil, dipuji-dihina, dan nyaman-sakit, menemukan patner yang bisa bertumbuh bersama adalah aset sesungguhnya. Lihat lompatan yang terjadi di Buffett setelah bertemu Munger. Atau Bill Gates dan Paul Allen.
 
Semoga semua investor bisa menemukan apa yang dicari. 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!
Copy link