Semua Karena Matahari

  • Save

Semua Karena Matahari

Sebenarnya hari ini kami mau membahas tentang TLKM, tapi karena ada saham lain yang lebih menarik, maka diputuskan untuk fokus ke ini saja.

Negara bagian utara sedang mengalami salah satu musim panas paling parah, kebakaran hutan, gelombang panas, membuat banyak masalah. Demikian juga di bursa Indonesia, ketika salah satu saham yang masuk index malah anjlok sekitar 30% dalam seminggu terakhir. Apalagi dikaitkan dengan GCG manajemen. Apakah benar demikian? Bisa saja ada yang tidak diketahui, maka muncullah teori konspirasi. Bahwa fund manager besar mengontrol pergerakan uang di bursa. Tapi asumsi ini tidak benar-benar bisa dibuktikan. Karena itu, kami mengabaikan tentang hal ini. Sudah berbagai artikel yang kami buat untuk itu, jadi silakan baca saja.

Kemudian kalau saham turun berarti GCG buruk? Apakah berarti ini berlaku ke semua perusahaan? Dan kemudian kalau sahamnya naik, maka otomatis GCG akan berubah jadi baik? Ini sih namanya cuma memikirkan untung rugi. Kalau merugikan saya maka situ orang jahat, kalau menguntungkan saya, maka situ orang baik. Dalam melakukan analisa secara netral, baik buruk sebuah perusahaan tidak ada hubungannya dengan harga saham.

Justru setelah semua penilaian dilakukan, barulah kita menentukan berapa harga yang pantas untuk kualitas perusahaan di kondisi hari ini. Bukan sebaliknya, harga saham malah digunakan untuk menentukan kualitas perusahaan. Tapi wajar cara berpikir demikian, National Geographic sudah membuat percobaan akan hal ini. Kue 50usd dan 15usd diberikan ke banyak orang, dan semua sepakah kue dengan harga 50usd adalah lebih enak, padahal faktanya kedua kue sama saja.

Ini wajar juga, karena fokus manusia selalu pada untung-rugi, nyaman-sakit, terkenal-terkucil, dan dipuji-dihina sebagai hasil dari tindakannya. Dalam hal investasi, manusia mencari untung dan nyaman serta menghindari rugi dan sakit. Kemudian kalau sukses maka akan dipuji dan dikenal, serta menghindari tidak berhasil supaya tidak dikucilkan lingkungan dan dihina karena salah jalan hidup. Untuk bagian ini, kita bisa membahasnya di lain waktu, karena butuh banyak waktu untuk itu. Satu hal yang sangat penting untuk diingat : tidak ada yang namanya salah jalan, kita cuma mengambil jalan yang berbeda dengan orang lain. Selama itu tidak merugikan orang lain, bagi kami adalah tidak masalah.

Karena menolak asumsi di atas, kita sebagai investor sebaiknya balik ke awal, yaitu isi perusahaan. Kalau lihat potongan informasi di gambar, maka dapat disimpulkan beberapa hal. Bahwa industri ritel Indonesia membaik secara umum, tapi LPPF tidak termasuk di dalam. Ini terlihat di gambar kedua, bahwa kinerja LPPF terus tertekan selama beberapa tahun terakhir.

Kalau cara berpikir dari sisi bisnis, ketika orang lain naik 20%, LPPF malah stagnan, bagaimana kalau yang lain stagnan secara nasional? Apakah LPPF akan lebih parah? Wajar kalau akhirnya banyak yang memutuskan keluar. Satu-satunya alasan orang menjual sahamnya (ada di kutipan Peter Lynch) adalah orang berasumsi bahwa ke depan potensi perusahaan akan memburuk.

Ini juga menjadi dasar bagaimana Morningstar menghitung isi perusahaan. Mereka mencari perusahaan yang bisa terus bertumbuh, dan ketika perusahaan diasumsikan berhenti bertumbuh di tahun ke X, maka itu menjadi titik awal metode discounted cashflow.

Wajar pada akhirnya fund manajer menjual dulu karena tidak mau hold saham yang sedang ada masalah. Kalau satu memutuskan keluar, tindakan logis adalah yang lain juga keluar. Tidak ada yang mau jadi orang terakhir keluar. Supaya performance dana kelolaan tidak anjlok sehingga ditinggal pergi nasabah plus kehilangan kerjaan karena itu.

Penjelasan lengkap tentang cara berpikir fund manager ada di buku One Up on Wall Street. Jaman dan negara boleh beda, tapi kelakuan manusia akan tetap sama.

Kita bisa baca mengenai pola berpikir manusia di link berikut :

https://m.kontan.co.id/news/ini-yang-sebenarnya-menimpa-saham-bumn-konstruksi

Sekilas isi berita di atas :

Salah seorang broker dari salah satu sekuritas terbesar mengaku, belakangan ini memang pihaknya banyak menjual saham konstruksi. Sebab, menurutnya, saham konstruksi sedari dulu pergerakannya sangat dipengaruhi oleh pemberitaan.

“Kalau beritanya bagus, harus berani masuk, kalau kurang bagus, kami harus berani buang dulu, ada yang sell, ada yang hanya reduce posisi,” jelas sumber yang enggan disebutkan namanya tersebut.

Maka terlihat apa yang dibahas menjadi valid. Apakah tindakan itu salah? Tidak juga, karena banyak faktor yang melandasi apa yang dilakukan. Yang menjadi masalah adalah ketika latar belakang dan tujuan berinvestasi kita berbeda, tapi tindakan kita meniru 100% apa yang dilakukan orang asing.

Kalau tidak bisa meniru 100% maka langkah apa yang sebaiknya dilakukan? Bisa dibaca di link berikut : https://saham-indonesia.com/2016/02/atm/

Bagi kami, apapun tindakan transaksi yang dilakukan, selama itu logis, maka itu wajar untuk dilakukan. Menjual dengan informasi yang salah, mungkin kali ini memberi kita keuntungan, tapi jika fondasinya salah, bagi kami ini bukanlah jalan menuju kekayaan yang benar.

Oh ya, jadi kapan harga terbaik untuk membeli saham yang sedang tertekan? Atau istilahnya kapan bisa dapat harga terbawah? Sayang kami tidak ada jawaban untuk itu. Yang bisa kami lakukan adalah ketika ada dana dan dirasa sudah cukup murah, maka kami akan membeli. Kapan akan naik? Biarkanlah mekanisme pasar mendorong harga ke atas seperti sekarang mekanisme pasar mendorong harga ke bawah. Lihat saja gambar ketiga.

Selalu ingat, harga murah adalah kesempatan membeli, harga mahal adalah kesempatan menjual. Ini adalah resep paling pas untuk menjadi kaya. 5000 tahun sejarah perdagangan akan seperti ini, dan ribuan tahun matematika juga sama, untuk melihat angka naik itu adalah dengan menjumlahkan, bukan mengurangi.

Dan artikel ini bukan tentang LPPF saja. Silakan ganti dengan saha lain, kami yakin secara garis besar akan membuat cerita yang sama. Fear on the way down, greed on the way up, itulah cara berpikir investasi yang menyesatkan.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!
Copy link