


Searching
Selama beberapa bulan index saham Indonesia terus mengalami penurunan. Naik juga sedikit kemudian turun lagi. Maka berita krisis semakin berkembang. Satu hal yang pasti dulu. Ini tidak ada hubungannya dengan krisis 10 tahun. Bahkan itu adalah mitos menyesatkan. Silakan cek grafik harga IHSG selama 20 tahun terakhir, akan terlihat buktinya.
Baru saja kami menonton film dengan judul Searching. Film tentang seorang ayah yang mencari anaknya yang hilang. Film tanpa promosi, tidak ada aktor papan atas, isi cerita yang seperti film kebanyakan, bersaing dengan Wiro Sableng, sepertinya akan lewat begitu saja. Tapi di dalam ternyata penuh. Dan setelah menonton barulah akan terlihat mengapa film ini wajib ditonton.
Dan kalau Indonesia krisis, seharusnya mayoritas sudah di rumah tanpa jalan-jalan menghabiskan uang. Minggu lalu kami ke Bromo. Sama juga, antrian di sana sangat banyak. Artinya kemampuan mengeluarkan uang masih cukup kuat. Apakah melalui hutang atau uang cash, itu harus dicek lagi.
Kemudian mengenai rupiah, orang-orang selalu meributkan angkanya. Apalagi dihubungkan dengan krisis sebelumnya. Apakah semua kondisi sekarang sama seperti kondisi sebelumnya. Sepertinya tidak. Kondisi makro ekonomi tidak sama, kondisi ekonomi pribadi kita juga berbeda.
Apalagi sekarang selalu yang disalahkan pemerintah. Paling gampang memang menyalahkan orang lain seakan-akan sendiri tidak pernah salah. Jika pemerintah yang sekarang bermasalah, apakah dengan yang lain bakal lebih baik? Belum tentu juga. Gampangnya tinggal melihat apakah track record semua pemerintah di masa lalu, di semua negara ada yang sempurna? Tidak juga.
Gaya hidup masyarakat sendiri kadang juga berperan. Hidup di luar kemampuan finansial diri akan membuat masalah di kemudian hari. Semua saling terkait. Seperti di film Searching, kejadian tidak datang dengan tiba-tiba. Ada satu kejadian kemudian menjadi sebab kejadian berikutnya. Sampai moment tidak terduga tiba, maka kita menamakan itu krisis.
Ini yang biasanya dilakukan orang pada umumnya. Ketika sudah dalam kondisi senang, biasanya merasa besok akan lebih baik, maka pengeluaran juga akan ditambah. Yang berhasil cicil handphone, mulai cicil motor, yang berhasil di motor, mulai mobil, yang mobil mulai rumah. Ini sama seperti pemahaman di saham yang lagi naik, akan naik terus. Selalu ingat, masa jaya melahirkan orang lemah, orang lemah melahirkan masa susah, masa susah melahirkan orang kuat, dan orang kuat melahirkan masa jaya.
Bahkan jika krisis akan terjadi, adalah tindakan kita yang menentukan kita di posisi mana. Jika ada uang, kita malah bisa mendapatkan aset di harga murah. Apakah kita berharap ada orang yang bisa memperingatkan kita terhadap masa depan?
Sepanjang pengalaman kami, tidak ada seorang pun yang bisa. Yang mengaku bisa biasanya duduk menunggu pelanggan datang untuk diramal, ada yang di gedung berAC dengan jas, ada yang di tepi jalan pakai tenda. Sedangkan yang mengaku tidak bisa menebak, posisi mereka di ranking Forbes bergerak naik. Mana yang harus kita ikuti?
Dan kami selalu berhati-hati menyampaikan tentang krisis. Menyampaikan ke pengusaha, maka mereka akan mengurangi karyawan atau tidak menaikkan gaji karyawan, otomatis krisis akan benar-benar terjadi. Menyampaikan ke pelanggan, maka orang akan berhenti berbelanja, dan krisis juga akan terjadi.
Krisis akan selalu terjadi. Itu sebuah kepastian. Tapi waktunya tidak akan pernah diketahui. Dan krisis selalu berhubungan dengan hutang. Yang penting kita hidup tidak berfoya-foya. Selalu hidup dalam batasan wajar, tidak berlebihan dalam menggunakan hutang, krisis akan selalu bisa kita lewati.
Bahkan jika kita memiliki simpanan uang, kita bisa membeli aset bernilai di harga murah. Hitungannya adalah kita membantu orang yang sedang membutuhkan uang, dan nantinya kita bisa menjual ketika kondisi sudah normal dan orang memiliki uang lagi untuk mencari aset.
Resep rahasia menjadi kaya adalah selalu seperti ini. Beli di harga murah, jual di harga mahal. Ulangi selama bertahun-tahun, maka aset kekayaan kita akan meningkat terus.
Jadi krisis hanyalah kondisi, bagaimana reaksi kita adalah pembedanya. Kita akan menjadi pihak yang makin maju setelah krisis berlalu atau yang terpuruk, itu yang menjadi pilihan hidup kita. Kita bebas menentukan pilihan ini, tapi pasti menerima akibat dari pilihan kita. Akibat yang tidak bisa diserahkan pada orang lain.