


Mengikuti Perkembangan Jaman
Jaman selalu bergerak maju. Orang-orang pintar selalu menemukan cara lebih efektif dalam melakukan sesuatu. Dan jika diterapkan ke bisnis, akan banyak yang terkena dampaknya. Bisa menguntungkan ataupun merugikan pihak-pihak yang ada.
Salah satu yang paling besar adalah perubahan dari industrial menjadi informasi. Ketika jaman industri muncul, tenaga manusia dan hewan diganti menjadi mesin, ada banyak orang yang kehilangan pekerjaan. Jumlah petani di Amerika turun dari 50% penduduknya menjadi 2%. Tapi walau jumlah pekerja berkurang, jumlah produksi malah bertambah.
Kemana perginya orang-orang yang kehilangan pekerjaan sebagai petani? Jelas akan masuk ke industri baru. Pabrik yang memproduksi mesin, manajemen, perkantoran yang mengurus administrasi, dan segala bidang yang terkait dengan itu.
Artinya yang tadinya punya keahlian bertani dan berkebun harus belajar keahlian baru. Memasang mesin, manajemen, negosiasi, mengurus pembukuan, mengurus sengketa bisnis, dan lainnya.
Sekarang jaman informasi datang. Walau kelihatannya berbeda, tapi cara kerjanya sama. Ada bidang baru, orang-orang lama tersingkirkan. Orang-orang yang pekerjaannya melakukan pengulangan, misalnya kasir, penjaga pintu karcis, akuntan, dan sebagainya.
Kalau kita tetap ingin bersaing, maka kita wajib belajar. Meningkatkan diri adalah kunci untuk tetap bisa ikut jaman.
Kita bisa melihat di gambar. Orang-orang yang membuat video tentang aktivitasnya, yang disebut YouTuber. Aktivitas yang dulunya adalah pekerjaan tidak bermanfaat, sekarang bisa menghasilkan uang. Di gambar adalah tentang video orang yang melakukan eksperiment apakah magnet bisa menangkap peluru yang ditembak. Video seperti ini ditonton 53 juta orang. Kalau ini dilakukan dulu di Kelas, mungkin hanya untuk dinilai sebagai proyek liburan dan ditonton 1 sekolah.
Banyak sekali jenis video yang ada. Eksperiment, lelucon, cerita, jalan-jalan, review produk, nyanyi, dan sebagainya. Dan dari banyak platform. YouTube, Facebook, twitter, dan sebagainya.
Salah satu yang paling berhasil adalah PewDiePie. Dengan pengikut sebanyak 66 juta dan terus meningkat, penghasilan 12 juta usd setahun, mungkin ini adalah impian banyak orang. Hidup santai, terkenal, dan kaya. Apalagi itu dicapai dari hobi. Seperti PewDiePie yang fokus dari membuat video bermain game. Satu hal yang perlu diingat, pencapaiannya ini juga butuh kerja keras dan waktu tidak singkat. Video pertama dia dibuat 8 tahun yang lalu, dan 66 juta pengikut dimulai dari 1 orang juga.
Walau kelihatannya ada pekerjaan yang hilang, tapi aktivitas mereka juga membuka bidang baru. Seperti video tentang magnet. Berapa banyak magnet yang dia beli termasuk bahan lain untuk video ini. Artinya bisnis di bidang itu berputar. Kalau video makanan, maka ada restoran, tiket, hotel yang kena efek. Video jalan-jalan, sama juga, bahkan drone juga makin besar penjualannya. Mungkin 10 tahun yang lalu drone hanya dipakai untuk mengintai musuh.
Jadi walau jumlah pekerjaan menurun, kualitas pekerjaan naik. Ada segelintir orang yang mendapatkan manfaat lebih besar dibanding orang lain. Orang-orang yang mau belajar dan bekerja keras. Bahkan kami pernah menemukan siswa SMA dengan penghasilan 30 juta sebulan hanya dengan menaruh iklan di medsos dia 3x sehari.
Sebagai gambaran, jika kita bekerja normal, maka kekayaan kita juga seharusnya akan meningkat. Ini salah satu hitungan Buffett, yang memakai Contoh Amerika. Jika ekonomi Indonesia tumbuh 5.2% dan pertambahan penduduk adalah 1.1% per tahun. Maka seharusnya kekayaan tiap orang akan naik 4.7% per tahun kalau distribusinya rata.
Mengapa tidak merata? Jelas karena ada yang cara berpikir, berkata, dan tindakannya membuat kekayaan dia naik, dan ada yang melakukan sebaliknya sehingga kekayaan mereka turun.
Demikian juga di bursa saham. Kita lihat IHSG terus naik dalam jangka panjang, mengapa tidak semua investor mendapat manfaatnya. Ini karena ada yang cara berpikir, berkata, dan tindakannya membuat kekayaan dia naik, dan ada yang melakukan sebaliknya sehingga kekayaan mereka turun. Apa itu?
Sederhananya ada yang membeli perusahaan berprospek, dengan finansial baik, dikelola orang berkompeten, di harga murah, kemudian menjual ketika kriteria di atas tidak terpenuhi lagi, dan ada yang melakukan sebaliknya.
Kita di golongan mana, akan ditentukan dari cara berpikir, berkata, dan bertindak kita.