


Terima Kasih BOLA
Setelah beberapa waktu lalu dikabarkan mengenai bangkrutnya PT. Sariwangi Agricultural Estate Agency yang merupakan pelopor teh celup, sekarang ini BOLA sebagai salah satu tabloid paling terkenal di Indonesia juga mengakhiri edisi cetaknya.
Banyak faktor yang menyebabkan sebuah bisnis akhirnya meredup. Secara umum, bisnis, seperti semua hal di dunia, akan mengalami siklus. Muncul atau dilahirkan, berkembang, menjadi matang, menua atau menurun, dan akhirnya meninggal atau tutup. Bedanya, dalam bisnis selalu bisa melakukan regenerasi sehingga siklus tidak akan berakhir, tapi tetap berlanjut. Apakah manusianya, atau metodenya, atau faktor pendukung lainnya.
Kalau dari perusahaan, selalu ada 3 faktor yang mempengaruhi apakah perusahaan sanggup melakukan turnaround atau tidak. Istilah yang dipakai Peter Lynch untuk perusahaan yang mengalami masalah, kemudian bisa berbalik. Yaitu model bisnisnya yang memang susah ditiru, kemudian kekuatan finansialnya yang sanggup membuat perusahaan bertahan, dan terakhir adalah kemampuan manajemennya.
Kalau Sariwangi, kekuatan utamanya yang di merek sudah dijual, kemudian manajemen yang kehabisan waktu untuk memperbaiki finansialnya. Sedangkan BOLA, adalah karena perubahan model bisnis. Jaman sekarang hampir semua bisnis mengarah ke online. Dan yang paling terpukul adalah bisnis distribusi. BOLA adalah distribusi informasi.
Dulu sekali, ketika internet belum berkembang, informasi hanya bisa didapatkan melalui media cetak ataupun TV dan radio. Cuma TV dan radio membutuhkan waktu khusus untuk diikuti. Jadi koran adalah media paling unggul saat itu. Dan kebetulan kami hobi membaca. Dan awalnya membaca BOLA adalah karena kesukaan akan olahraga dan kemudian tentang angka, di mana setiap olahraga berhubungan dengan angka.
Selama bertahun-tahun BOLA selalu menjadi langganan kami. Bahkan ketika kami sudah pindah ke Jakarta, dan ketika ada krisis. Dan ketika kuliah, membahas isi berita di BOLA adalah kegiatan mahasiswa yang hobi sepakbola. Setelah mulai munculnya internet, maka informasi yang butuh kecepatan sudah ada di sana. BOLA cuma sebagai media untuk membaca informasi lebih detil. Dan akhirnya muncul Google dan berbagai website berita online. Akhirnya kami berhenti membeli BOLA.
Salah satu seminar yang pernah kami ikuti menjelaskan hal ini. Jika ingin tahu apakah bisnis anda bertahan lama atau tidak, bisa ditest dengan 2 hal. Apakah dengan uang atau teknologi bisa membuat pelanggannya berpindah? Jika ya, maka bisnis ini akan melambat.
Kemudian kita sendiri sebagai investor juga harus ingat. karir kita juga akan mengalami pasang surut. Kadang ada saatnya kita harus berubah. Kadang kita memang harus menerima bahwa kita harus bertahan melewati gelombang yang ada. Seperti Buffett ketika di 2008. Aset kekayaan dia turun 40%. Apakah dia akan panik dan memutuskan berhenti? Dari pengalamannya, semua ekonomi akan mengalami siklus, yang turun akan naik, dan yang naik akan turun. Yang penting kita sudah mengerjakan PR kita.
Dan ketika kita menikmati masa tua dengan nyaman, kita akan mengucapkan terima kasih masa mudaku yang rajin menabung. Selalu ingat kita yang hari ini adalah hasil dari masa lalu kita, dan masa depan kita ditentukan dari hari ini.
Untuk video perpisahan BOLA, bisa dicek di sini :
https://youtu.be/lm4o33YytVM