Menilai Bisnis

  • Save

Menilai Bisnis
 
Di artikel sebelumnya dibahas tentang contoh pergerakan nilai pemain sepakbola. Untuk kali ini kita akan membahas bagaimana ini diterapkan dalam perusahaan.
 
Perusahaan menggunakan sumber dayanya untuk menghasilkan uang. Semua ini dicatat di laporan keuangan yang dikeluarkan di website perusahaan atau di www.idx.co.id. Ketika kita tertarik terhadap perusahaan ini, maka kita bisa menilai seberapa layak perusahaan ini untuk kita beli. Nilai sebuah perusahaan adalah total jumlah uang yang bisa dihasilkannya sepanjang masa perusahaan itu ada, kemudian kita hargai sesuai kondisi hari ini.
 
Penilaian ini sebisa mungkin harus mengabaikan segala hiruk pikuk pasar modal atau kejadian heboh saat ini. Alasannya sederhana, semua kejadian ini cuma bersifat sementara dan akan muncul kejadian baru yang akan mempengaruhi bursa lagi. Mungkin saja kejadian ini akan berbeda efeknya dibanding kejadian sebelumnya.
 
Dan dari faktor manusia, jika ada yang buruk terjadi, perusahaan jelas akan berusaha keluar dari situasi buruk ini. Kita saja kalau kena panas matahari atau kedinginan di ruangan ber AC akan pindah, apalagi perusahaan beromzet milyaran atau trillunan. Dan ketika di situasi baik, manusia akan cenderung terlena sehingga akan disalip oleh pesaingnya yang sebelumnya dalam kondisi buruk. Ini semua hanyalah naik turun.
 
Kadang ada kejadian secara umum, baik atau buruk, dan kejadian special di masing-masing sektor atau perusahaan. Kejadian secara umum akan menghilang efeknya dengan cepat. Kejadian di perusahaan akan berlangsung lebih lama. Kejadian-kejadian ini akan mempengaruhi 3 bagian dari penilaian perusahaan. Apakah mempengaruhi potensi ke depan, kesehatan finansial perusahaan, atau manajemennya.
 
Kita akan masuk ke bagian menilai perusahaan terlebih dahulu. Dan untuk menilai, jelas dibutuhkan angka. Potensi dan manajemen akan menjadi subjektif karena itu bisa kita pakai di bagian setelah menilai. Bisa juga kita gunakan sebelum menilai, misalnya potensi bisnis yang buruk atau manajemen yang tidak kita sukai, maka tidak perlu lagi melakukan penilaian. Tidak ada rencana membeli, mengapa harus membuang waktu di sana.
 
Perusahaan dinilai dari kemampuannya menghasilkan uang. Jadi akan banyak cara menilai. Kalau dalam laporan keuangan, ada 3 bagian besar. Yaitu neraca keuangan, laba rugi, dan arus kas. Tiga bagian ini saling berhubungan, dan merupakan keuangan perusahaan.
 
Di awal perusahaan mengumpulkan modal membeli aset untuk menghasilkan laba. Modalnya sendiri bisa dari uang orang lain atau uang sendiri. Jika uang orang lain, maka dicatat sebagai liabilitas. Jika uang sendiri, dicatat sebagai ekuitas. Jadi total aset sama dengan total hutang / liabilitas ditambah ekuitas.
 
Dari sini saja kita sudah bisa melakukan beberapa model penilaian. Misalnya berapa rasio hutang dibanding modal sendiri. Semakin tinggi hutang, semakin berisiko perusahaan ini. Kemudian bagian neraca ini juga dipecah menjadi yang berhubungan dengan kelangsungan perusahaan 1 tahun ke depan, dan tahun seterusnya.
 
Dengan aset yang ada, perusahaan berusaha meningkatkan produksi dan menjual lebih banyak. Tujuannya adalah laba lebih besar. Di tiap bagian pemotongan keuntungan untuk berbagai biaya, kita juga bisa melakukan analisa. Setelah membayar pajak, maka sisa penjualan menjadi laba bersih.
 
Uang yang masuk ini juga terdiri dari 2 bagian, yang berupa uang kas dan hutang dari pelanggan. Ini akan terlihat di bagian arus kas. Yaitu bagian yang mencatat berapa banyak uang yang sebenarnya masuk dan keluar dari perusahaan. Dibagi lagi menjadi 3 bagian yaitu yang gunanya untuk operasional, untuk diinvestasikan lagi, dan bagian pendanaan misalnya membayar dividen.
 
Dari bagian ini dikenal namanya free cash flow yaitu selisih antara uang yang didapatkan dari operasional perusahaan dan capex, yaitu uang yang digunakan perusahaan untuk mempertahankan bisnisnya, misalnya renovasi, perawatan mesin. Hasil free cash flow akan menjadi atau disimpan lagi oleh perusahaan untuk cadangan sebagai bentuk modal di bagian neraca.
 
Jadi angka yang sangat banyak di laporan keuangan adalah terdiri dari uang yang mengalir. Perusahaan yang bagus akan memperbesar aliran ini. Kita tentu ingin berinvestasi di perusahaan seperti ini.
 
Kami tidak akan membahas detil mengenai perhitungan ini di artikel ini. Terlalu banyak yang harus dibahas. Jika anda tertarik, bisa menghubungi kami untuk pembelajaran lebih lanjut, atau membeli buku mengenai laporan keuangan.
 
Tapi jika ada satu bagian terpenting, maka itu adalah analisa bagaimana perusahaan menghasilkan laba. Untuk apa lagi kita mendirikan perusahaan kalau bukan untuk mencari uang. Bahkan di buku One Up on Wall Street, membahas tentang laba di 1 Bab khusus.
 
Kemudian karena ini adalah berkesinambungan, maka kadang perusahaan akan bertemu situasi jelek, kadang bagus. Kemudian penilaian kita bisa saja terlalu optimis, biasanya ini yang terjadi. Karena dalam mencari uang, kita biasanya fokus dengan mendapat, sehingga kurang melihat yang mungkin terjadi.
 
Bahkan dengan pengamatan super, selalu akan ada hal yang terlewatkan. Tidak perlu terlalu pusing akan ini, karena pengaman kita adalah margin of safety. Yaitu seberapa besar toleransi terhadap kemungkinan terjadinya masalah dalam perhitungan kita.
 
Buffett menggunakan analogi yang bagus. Kita tidak mungkin mengendarai truk seberat 9.9 ton melewati jembatan dengan kekuatan 10 ton. Semakin besar selisihnya akan semakin aman.
 
Manajemen itu manusia, masa depan tidak pasti, masalah alam. Banyak hal yang bisa terjadi. Kita saja sering melakukan kesalahan, bagaimana mungkin berharap ada perusahaan sempurna yang terus melaju.
 
Jadi tugas kita sebagai investor adalah memperkirakan berapa lama perusahaan ini akan bertumbuh, berpegang pada manajemen, dan mengukur batas toleransi kita terhadap masalah yang mungkin terjadi, dan terus mengikuti perkembangan perusahaan.
 
Selama perusahaan bisa berlayar membawa kita mencapai tujuan finansial kita, selayaknya diikuti, tapi jika kita tidak yakin perusahaan akan sejalan, atau ada kemungkinan akan tenggelam, lompatlah. Karena tidak ada gunanya ikut tenggelam bersama perusahaan.
 
Tapi melompat dari perusahaan hanya karena harga sahamnya berubah tanpa melakukan analisa lebih lanjut, adalah kesalahan terbesar investor. Suatu saat mungkin kita akan membahasnya.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!
Copy link