


Setiap melakukan transaksi, kita akan menilai sebuah produk. Apakah pantas dihargai demikian, atau posisinya under value, atau over value. Under valuer berarti lebih murah dibanding kondisi sebenarnya, dan over value adalah lebih mahal dibanding kondisi sebenarnya. Kita memakai contoh sepakbola.
Ada 4 pemain yang kami jadikan contoh, yang bisa disamakan seperti fase bisnis. Yang pertama adalah Neymar, pemain termahal di dunia saat ini, dalam fase bertumbuh. Ibarat perusahaan yang dalam kondisi baru tinggal landas, potensi ke depan masih sangat besar. Setiap transaksi berikutnya akan membuat nilai Neymar naik lagi. Kecuali dia melakukan kesalahan yang membuat nilai pasar dia turun.
Yang kedua adalah Critiano Ronaldo. Pemain yang sudah dalam usia matang. Kalau di perusahaan, sudah posisi mature. Sudah hampir tidak ada potensi bertumbuh. Beberapa indikatornya membuat pemain ini ada di puncak harga. Sama seperti di perusahaan, ROE yang bagus, dividen yield yang tinggi, dan sebagainya. Kedua pemain ini mendapat harga tinggi karena fokus di pertandingan ada di mereka. Berapa kali dalam 1 pertandingan nama mereka disebut. Inilah perusahaan yang produknya merupakan market leader.
Kemudian yang ketiga adalah Wayne Rooney, pemain yang sudah hampir habis. Mungkin dalam 1-2 tahun lagi akan pensiun. Sama seperti di perusahaan, jenis ini yang semestinya harus kita hindari. Hampir tidak ada yang bisa dilakukan untuk menambah nilai perusahaan ini. Apakah karena faktor eksternal membuat bisnis ini hilang, atau kesalahan internal yang membuat kerusakaan terlalu parah. Sama seperti pemain sepakbola, faktor usia, atau cedera parah yang membuat pemain ini harus pensiun.
Yang terakhir, Jack Butland, mungkin tidak terlalu terkenal. Pemain yang akan dihargai biasa saja, karena posisi sebagai kiper. Sangat jarang disorot, risiko terjadi kesalahan juga besar. Pemain melakukan banyak kesalahan, tapi mencetak 1 gol akan disebut pahlawan. Kiper melakukan banyak penyelamatan, meloloskan 1 gol yang membuat timnya kalah, akan disebut pecundang. Ini adalah contoh bisnis yang berisiko, dan 1 masalah bisa membuat penurunan kinerja secara masif. Contoh misalnya di industri penerbangan. Kejatuhan pesawat bisa membuat banyak kerugian.
Inilah 4 contoh penilaian harga pemain bola. Kalau di perusahaan, adalah model perusahaan yang baru bertumbuh, matang, dan menurun. Kita jelas berharap mendapat perusahaan seperti Neymar, Ronaldo, atau Rooney, dan keluar pada saat kondisi puncak seperti di situasi Ronaldo. Tapi siapa yang bisa menebak permulaan dan akhir cerita. Di antara ketiga pemain sukses ini, ada ribuan anak yang bermimpi menjadi bintang sepakbola. Kemudian bagaimana kita bisa menebak akhir setiap pemain.
Beberapa metode yang membantu ini adalah melihat perkembangannya dalam beberapa tahun awal. Jika sudah konsisten barulah kita membeli. Makanya kami tidak membeli perusahaan IPO. Kemudian setelah membeli, kita mengikuti ceritanya. Dan melakukan penilaian apakah ada kejadian besar yang akan merusak secara permanen bisnis ini. Cedera adalah kondisi yang wajar terjadi di permainan sepakbola. Demikian juga timbul masalah. Manajemen yang baik akan mampu menyelesaikannya, dan itu akan menjadi peluang karena harga saham kemungkinan besar tertekan ketika ada masalah.
Jika pemain sepakbola diukur dengan kemampuan bermain bolanya, dan nilai pemasaran yang bisa dihasilkannya, maka perusahaan akan dinilai dari kemampuannya menghasilkan uang. Setiap perusahaan akan berbeda seperti pemain sepakbola. Karena itulah kita tidak bisa menyamakan semua perusahaan sama. Ada perusahaan yang ada di permulaan, ada yang sedang bertumbuh, ada yang sudah matang, ada yang sudah menurun, dan ada yang biasa-biasa saja.
Untuk bagaimana menilai perusahaan, kita akan lanjutkan di artikel selanjutnya.