Takut Salah

  • Save

 

Takut Salah
 
Sejak kecil kita selalu diajarkan untuk membuat pilihan yang benar. Di sekolah setiap yang kita lakukan benar, kita mendapat hadiah, dan setiap kesalahan kita dihukum. Hal ini terus-menerus dilatih. Termasuk ketika bekerja. Orang-orang berprestasi diberi penghargaan, orang yang melakukan kesalahan mendapat masalah. 
 
Dan kebiasaan ini akan terbawa juga ketika kita berinvestasi. Biasanya ketika mulai belajar sebuah bidang baru, kita akan banyak melakukan uji coba. Dalam uji coba jelas kita akan melakukan beberapa kesalahan. Biasanya kita melakukan uji coba dengan melakukan simulasi. Repotnya, dalam simulasi, bukan uang benaran yang digunakan. Sehingga dari sisi emosi, tidak ada ikatan. Berbeda ketika berinvestasi secara langsung, kita menggunakan uang hasil keringat kita. 
 
Ketika kita melihat saham yang kita beli mengalami penurunan harga karena perubahan harga, dan uang kita menyusut di portofolio, kita akan merasa sedang dihukum pasar. Apalagi banyak pernyataan seperti demikian. Mengapa kita harus berpikir seperti ini? Bukankah harga yang tercipta adalah karena ada transaksi yang sedang terjadi dan kebetulan tidak melibatkan kita. 
 
Kita bisa membeli banyak hal dengan harga lebih mahal dibanding yang lain dan merasa baik-baik saja, mengapa untuk di saham kita menjadi kuatir? Lihat saja film Avengers Endgame, kita bisa membaca banyak artikel bahwa banyak yang rela mengeluarkan biaya lebih hanya untuk menjadi yang pertama. Demikian juga pembelian Iphone terbaru, antri berjam-jam demi yang pertama. Padahal detik berikutnya, yang baru akan jadi barang bekas. Tapi di saham, kita akan merasa bersalah jika ada yang membeli lebih murah dibanding kita, dan menjual lebih mahal dibanding kita.
 
Tapi kalau dipikir, apakah ada metode atau peraturan atau undang-undang yang menyatakan bahwa kalau kita yang beli sahamnya, maka tidak ada yang boleh membeli saham lebih murah dibanding kita, alias kita adalah batas terendah orang boleh menjual. Dan kalau kita menjual saham, maka tidak ada yang boleh menjual di atas harga beli kita. Jadi seolah-olah kita yang menentukan harga transaksi. 
 
Sepertinya tidak akan bisa. Kalau benar bisa, berarti pasar saham bukan lagi pasar bebas, tapi ada pihak yang mengontrol pergerakan harga. Jika demikian, maka kemungkinan kita untuk berhasil akan kecil, karena karir kita ditentukan oleh pihak lain. Untungnya di pasar modal, setiap individu bebas melakukan apapun. Mau beli dan jual di hari yang sama, mau selisih hari transaksi 1 minggu, 1 bulan, 1 tahun, atau setelah membeli, tidak akan menjual, dan dengan metode apapun, semua ada di tangan kita sendiri. 
 
Dengan menyadari bahwa kita tidak bisa mengendalikan pergerakan harga saham, dan hampir tidak ada pihak yang dominan bisa mengarahkan pasar, kecuali mungkin beberapa jenis saham yang tidak berkualitas yang tidak akan pernah kami sentuh, maka kita sendiri yang menentukan semua tindakan kita, maka apapun yang kita lakukan, jelas sudah merupakan keputusan terbaik di saat itu.
 
Tapi jika kita tidak puas dengan kejadian yang ada, kita bisa belajar dan selangkah lebih baik di kondisi berikutnya. Kita bisa memandang apapun yang kita lakukan menghasilkan 2 cabang, benar dan salah, atau satu arus saja, yaitu sebab dan akibat. Apapun hasilnya, selalu dari yang kita lakukan pada kondisi-kondisi tertentu. Jika hasilnya menyenangkan bagi kita, tindakan ini kita latih menjadi kebiasaan, dan jika hasilnya tidak menyenangkan, kita bisa belajar tidak mengulangi. 
 
Pembelajaran seperti ini adalah belajar dari pengalaman sendiri. Dan kita menggunakan sumber daya lebih banyak supaya mendapat pengalaman yang akan meningkatkan diri kita. Pembelajaran kedua adalah dari orang yang sudah di depan kita. Dalam hal ini, adalah guru terbaik. Dan artikel berikut adalah ringkasan dari tulisan Buffett sendiri apa saja kesalahan yang dia lakukan selama 25 tahun pertama. Dan dia mengharapkan akan ada kesalahan yang dilakukan 25 tahun kedua.
 
https://www.valuewalk.com/2017/10/warren-buffett-mistakes-first-twenty-five-years/
 
Dengan tahu bahwa orang di depan juga melakukan kesalahan, berarti tidak ada orang yang sempurna dalam berinvestasi. Dengan membaca apa saja kesalahan yang dilakukan, diusahakan kita tidak akan mengulangi kesalahan yang dilakukannya. Jangan sampai di depan ada yang sudah jatuh ke lubang, kita malah berkata, tidak masalah, saya ingin jatuh juga. Ada yang sudah bangkrut berkali-kali, kita malah berusaha mencontoh yang dilakukannya. Albert Einstein memberikan definisi gila ketika mengharap hasil berbeda dengan tindakan yang sama berulang-ulang. 
 
Aset terbesar bagi kita adalah waktu. Kita bebas memilih, menggunakan waktu untuk mutar-mutar mencoba yang tidak ada ujungnya, atau berusaha menjadi lebih baik. Selalu ingat, ada sebab dan ada akibat. Kita bebas melakukan apapun, tapi kita pasti akan menerima hasilnya. membutuhkan sekitar 10 tahun untuk melihat jalan adalah yang dibutuhkan, dengan membaca beberapa buku atau artikel mengenai Buffett, mudah-mudahan kita tidak membutuhkan waktu selama ini untuk menyadari.
 
Mengapa Buffett, jelas jawabannya sederhana. Karena dia yang terbaik. Sama seperti buku mengatakan, jika tidak percaya saya, percaya saja pada Buffett, karena dia orang paling berhasil. Jadi kita melihat gambaran besar terlebih dahulu, kemudian semakin fokus pada yang cocok dengan kita. Pendekatan lainnya, kita mulai dari buku yang ada dulu, kemudian mencari yang lebih baik. Ujungnya pasti balik ke Buffett lagi. Kami sendiri memakai pendekatan kedua. Banyak buku dan metode dicoba, tapi tetap akan berakhir di orang terbaik yang sebaiknya diikuti.
 
Bahkan jika kita takut salah, sudah seharusnya kita mencontoh yang paling berhasil dulu, karena kita sadar bahwa ketika yang paling berhasil benar, maka benarnya pasti banyak, dan ketika salah, salahnya sedikit. Dengan cara demikian, orang-orang ini berhasil mengumpulkan kekayaan. Cara sederhana lagi, aset kita akan berkembang jika pemasukan lebih besar dari pengeluaran. Sesederhana ini. Artinya bagian mendapat, kita harus berusaha semaksimal mungkin, dan bagian pengeluaran, kita harus berusaha seminimal mungkin.
 
Tapi satu hal penting, meminimal pengeluaran tidak sama dengan berusaha menjadi pelit. Pelit itu pasti akan ada pihak yang mengalami kerugian. Ingat lagi kondisi sebab akibat, jika kita menjadi penyebab kerugian, maka hasilnya kita juga akan menerima kerugian. Ini sebabnya memboikot produk ini dan itu adalah sangat berbahaya untuk perkembangan aset kita. Kita mengkondisikan lingkungan kita untuk berhenti menjadi produktif. Jika benar harus takut salah, takutlah pada sebab-sebab yang kita lakukan yang akan menyebabkan lingkungan kita menjadi lebih buruk.
 
Untuk mendapat semaksimal mungkin dan pengeluaran seminimal mungkin dalam berinvestasi saham, maka kita harus membatasi kemungkinan rugi dan meningkatkan kemungkinan untung. Cara paling sederhana adalah membeli dengan harga yang sangat murah dibanding nilai perusahaan, ingat ya, murah karena harga di bawah nilai, bukan saham-saham tidak bermutu. Dan yang kedua adalah dekat dengan perusahaan terbaik. Perusahaan terbaik pasti diisi orang terbaik yang berusaha melakukan yang terbaik, disukai investor terbaik, dan menjual produk terbaik. Kemungkinan untuk berhasil jelas lebih tinggi dibanding kita dekat dengan perusahaan tidak berkualitas dan berharap ada keajaiban terjadi.
 
Dan setelah mendapat yang terbaik, maka yang kita lakukan adalah menunggu sampai hal baik terjadi. Kita tidak membabat semua kuntum bunga hanya karena setelah sekian hari bunga tidak mekar, kita tidak membuang makanan hanya karena belum matang, kita tidak berhenti di tengah jalan hanya karena kendaraan belum sampai, mengapa kita harus berpisah dari perusahaan terbaik hanya karena mereka butuh proses untuk berkembang dan belum mencapai potensi terbaiknya.
 
Dan kesalahan terbesar dari semua yang bisa kita lakukan adalah kurangnya pengetahuan yang dimiliki. Ini bisa diselesaikan dengan konsistensi terus berkembang. Seberapa besar niat kita untuk mencapai tujuan berinvestasi kita. Buffett menggunakan sebagian besar waktunya untuk berkembang, berapa banyak kita meniru kebiasaan ini. Kembali ke sebab akibat. Jika sebab-sebab untuk berhasil tidak kita lakukan, maka hasilnya yaitu berhasil juga akan jauh. Setiap hari sedikit lebih baik dibanding kemarin. Tidak perlu mengadakan perlombaan dengan orang lain. Setiap orang memiliki cerita masing-masing. 
 
Salah satu penyebab takut salah adalah terlalu banyak berpikir. Kita terlalu banyak menghabiskan waktu memikirkan situasi yang belum tentu terjadi. Alias kita membuat cerita fiktif di pikiran kita. Kemudian kita menggunakan waktu kita untuk bereaksi pada pikiran itu. Misalnya, kita selalu membayangkan besok market akan hanya karena sebelumnya pasar saham sempat anjlok. 1998, 2008, kemudian disambung-sambung menjadi krisis 10 tahun dan berharap 2018 juga sama. Buktinya di 2019 kita aman-aman saja.
 
Kalau melihat gambaran besar, selama 40 tahun pasar modal Indonesia, sebagian besar adalah kondisi pasar naik. Kondisi turun hanya 1-2 tahun paling lama. Hal ini juga sama seperti di bursa Amerika. Dan setelah turun, perusahaan terbaik dengan segala sumber dayanya akan berkembang lagi. Ini gunanya kita berusaha dekat dengan mereka. Cara berpikir rasional ini yang harus kita latih.
 
Kita bisa berpikir rasional karena latihan. Latihan karena ada usaha. Usaha karena ada kesabaran. Kesabaran karena ada disiplin. Dan disiplin karena kita tidak dalam kondisi kekurangan atau terburu-buru hanya mewujudkan tujuan investasi kita. Pada akhirnya, keberhasilan berinvestasi bukanlah ditentukan oleh pasar, pemerintah, metode, tapi dari kita sendiri.
 
pernah ditanya, jika metodenya sederhana, mengapa tidak banyak yang berhasil seperti dia. Jawaban Buffett sangat bagus. Karena pada umumnya manusia mau cepat kaya. 10-25% setahun? Maunya dalam waktu seminggu. Keinginan cepat kaya ini membuat kita tidak punya banyak waktu untuk menganalisa, karena butuh bertindak terus, yang akhirnya membuat kita dekat dengan kondisi yang kemungkinan besar merugikan kita. 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!
Copy link