Aset Paling Mahal

  • Save

 

Aset Paling Mahal

Bayangkan ada sebuah rekening bank yang setiap pagi memberi kita 86.400 dollar.
Setiap jam 12 malam bank akan menghapus semua saldo yang tersisa yang tidak kita gunakan. Apakah kita akan menggunakan semaksimal mungkin? Sepertinya ya.
Setiap dari kita punya bank seperti ini, namanya waktu.
Setiap hari, setiap orang memiliki 86.400 detik.
Setiap malam waktu ini akan habis, apapun yang kita lakukan pada hari itu.
Tidak ada penambahan di hari berikutnya jika masih ada sisa. Setiap hari rekening baru terbuka. Setiap malam isinya akan habis.
Jika kita gagal memanfaatkan waktu yang ada, maka kerugian di kita. Tidak ada penambahan ke “besok”.
Kita hidup hanya berdasarkan waktu yang kita miliki hari ini. Kita berhak memilih untuk menggunakan waktu sebaiknya untuk kesehatan, kebahagiaan dan kesuksesan kita, atau membuangnya.
Waktu akan terus berjalan! Gunakanlah sebaik mungkin.

Sepertinya beberapa versi tulisan dan video menjelaskan tentang ini. Apalagi ada pepatah mengatakan waktu adalah uang. Uang yang sudah digunakan masih bisa dicari. Tapi waktu yang sudah digunakan tidak akan pernah kembali lagi. Jadi seharusnya waktu lebih berharga dibanding uang. Ini kami lihat dari situasi di Jepang dan Hongkong. Negara yang secara ekonomi ada di atas rata-rata dunia.

Salah satu yang menurut kami kedua daerah ini sangat bagus dalam hal disiplin waktu. Dan ini juga karena faktor penunjang, misalnya transportasi yang unggul sehingga ketika ingin bertemu orang lain, kita selalu bisa tepat waktu. Tidak ada yang namanya jam karet. Jam karet, atau istilahnya terlambat dari janji semula, adalah salah satu bentuk kita mengambil hak waktu orang lain. Akibatnya waktu yang ada menjadi tidak produktif. Padahal jika semua sesuai aturan, penggunaan waktu akan sangat efektif.

Coba saja dilihat, 24 jam sehari, jika semuanya sesuai rencana, akan menghasilkan banyak keputusan dari rapat yang tidak tertunda, lebih banyak barang yang bisa diproduksi, lebih banyak tempat yang bisa dikunjungi, dan hasilnya adalah kegiatan ekonomi yang lebih baik. Beruntung kita di Indonesia sedang menuju ke sana. Pmebangunan sarana transportasi yang bisa tepat waktu seperti LRT dan MRT, membuat orang bisa melakukan lebih banyak hal produktif.

Dan waktu yang bisa dihemat ini, jika kita gunakan untuk meningkatkan diri, akan sangat membantu hasil dalam kehidupan kita. Sebagai investor, membaca lebih banyak biografi investor yang sukses, cara pandang orang-orang besar, membaca lebih banyak mengenai isi perusahaan, maka keputusan yang kita ambil jelas akan lebih efektif. Keputusan yang lebih efektif, membuat kita tidak perlu terlalu sering berpindah saham dari satu ke yang lain, yang akan menurunkan biaya kita, dan membuat kita bisa fokus dalam menghasilkan lebih lagi.

Inilah bentuk spiral up dalam sehari-hari. Seperti yang dibilang Warren Buffett, mencari anak tangga yang bisa dinaiki satu tingkat satu tingkat lebih baik. Semakin kita menyadari kita memiliki piring emas, maka piring ini akan kita gunakan sebaik-baiknya. Apakah piring ini kita gunakan untuk menampung makanan hewan peliharaan atau sebagai tempat makanan terbaik, kita yang memilih. Dan pilihan ini didasari oleh pengetahuan yang kita miliki. Yang mana adalah hasil dari spiral up kita.

Poin penting adalah apakah kita menggunakan aset kita yang paling berharga untuk meningkatkan nilai atau sedang menghancurkan nilai. Kita sendiri yang harus menjawabnya. Kalau kita sadar kita belum mencapai potensi terbaik, maka kita bisa selalu belajar dari yang sudah di depan kita.

Salah satu yang menjadi keinginan semua orang adalah adanya mesin waktu. Alias bisa mengulangi keputusan yang dibuat supaya menjadi lebih baik. Sayangnya mesin waktu atau perjalanan waktu ke masa lain hanya ada di film. Belum ada bukti nyata bahwa ini akan ada. Daripada sibuk berhalusinasi andaikan ini atau itu, setiap keputusan yang sudah diambil akan menghasilkan sesuatu. Yang baik akan menjadi pengalaman baik, dan yang salah akan menjadi pelajaran, sehingga jadi pengalaman baik juga. Dengan ini berarti tidak akan ada yang sia-sia dalam hidup kita.

Tidak ada yang namanya salah beli, salah jual, salah keputusan, karena keputusan yang lalu akan menjadi fondasi kita untuk keputusan berikutnya. Alih-alih terus-menerus berusaha menghindar dari tanggung jawab mengambil keputusan, atau terus menyalahkan semua pihak, rugi saham berarti salah perusahaan, salah broker, salah yang rekomendasi, salah semuanya, akhirnya tanpa belajar kita terus menerus berusaha ganti perusahaan, ganti broker, ganti rekomendasi, dan ganti semuanya.

Jika kita adalah yang paling benar, dan semua yang ada adalah salah, yang menjadi pertanyaan penting adalah mengapa kita yang paling benar belum merasa ada di puncak kapasitas kita? Dengan menyadari ini, maka kita akan berusaha memperbaiki diri menggunakan waktu, tubuh kita, dan kondisi yang ada untuk terus berkembang. Di buku Factfulness ada yang menarik.

Penulisnya membagi kelompok manusia menjadi 4 level. Dan menurutnya, level 1 yang terburuk dan yang paling susah untuk keluar dari sana. Karena segala kondisi yang ada membuat kelompok ini memiliki cara pandang yang terus menerus membuat mereka ada di lingkaran level 1. Silakan baca bukunya untuk lebih jelas.

Ketika menggunakan waktu untuk hal produktif, misalnya belajar hal baru. Jika belajar 1 kali belum paham, maka belajar 2 kali. Belajar 2 kali belum paham, maka belajar lagi. Intinya belajar sampai paham. Tidak ada jalan pintas untuk berhasil di bidang apapun. Pada akhirnya kita harus naik tangga satu demi satu.

Tanpa menghargai waktu, kita akan merasa terburu-buru karena merasa kekurangan. Dalam berinvestasi mental ini akan membuat kita tidak sabar. Kalau dipikirkan, apa susahnya menganalisa perusahaan murah, atau perusahaan berkualitas. Semua orang bisa mendapatkan angka yang sama. Tapi berapa banyak yang punya kesabaran menunggu sampai kondisi yang diinginkan terjadi.

Berinvestasi itu sederhana, tapi akan sulit dilakukan secara benar. Seperti pertanyaan Jeff Bezos ke Warren Buffett. Jika metode berinvestasi anda sederhana, mengapa sangat sedikit yang berhasil? Jawaban bagus dari Buffett : karena mereka tidak ingin berhasil dengan lambat.

Ini adalah rangkuman RUPS Berkshire Hathaway, yang akmi gunakan untuk menjadi kompas, apakah cara berpikir kami masih sejalan dengan Buffett atau sudah melenceng. Semoga bermanfaat.
https://youtu.be/jL0DBoK8xUY

Pada akhirnya mencapai potensi tertinggi bukanlah menjadi manusia super, tapi hanya cukup menjadi manusia yang bisa menggunakan segala yang dimilikinya dengan sebaik mungkin. Dan ini terlihat lebih bisa dicapai bukan?

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!
Copy link