


Kebiasaan
Kita berhasil menjadi jago karena melakukan sesuatu berulang sehingga menjadi ahli. Keahlian ini nantinya akan menentukan masa depan kita. Jadi kita tinggal menanyakan masa depan seperti apa yang kita inginkan? Salah satu hasil dari kebiasaan adalah hidup berkecukupan. Artinya kita mempersiapkan dana untuk masa depan kita sehingga cukup untuk melewati sehari-hari tanpa rasa kekuatiran kekurangan uang. Jadi tujuan berinvestasi utamanya adalah mempersiapkan masa depan yang tenang, bukan menjadi kaya raya. Alasannya ada di video berikut.
Pertanyaan yang perlu ditanyakan, jika saya berhenti mendapat penghasilan saat ini, berapa lama aset yang saya miliki saat ini bisa membiayai hidup saya. Target minimal dari kebebasan finansial menurut rasio normal adalah 25 x pengeluaran tahunan kita. Jadi kalau pengeluaran tahunan kita adalah 120 juta, maka dana yang perlu kita siapkan sekitar 3 milyar.
Dengan pemahaman ini, makanya ketika kita masih menghasilkan uang secara aktif dari bekerja atau berbisnis, kita menyisihkan di awal sebagian penghasilan untuk di tabung di aset produktif, bukan menghabiskan untuk konsumtif dan menabung sisanya. Kita harus mengembangkan kebiasaan menabung untuk masa depan, bukan mengambil dari masa depan.
Aset produktif sendiri banyak, pilihan yang paling cocok untuk kami adalah saham. Artinya kita harus mencari saham yang bagus untuk membangun aset. Saham yang bagus terdiri dari 2 hal, yaitu perusahaan bagus yang dijual di harga murah. Perusahaan bagus adalah perusahaan yang punya potensi, yang akan dicapai dengan kekuatan finansial yang baik dan dikelola orang profesional. Harga murah bisa didapatkan biasanya ketika ada situasi tidak menyenangkan terjadi dan mendorong harga saham turun dalam. Jadi koreksi seharusnya dipandang sebagai kesempatan untuk membangun aset masa depan.
Ini adalah road mapnya dalam mencapai tujuan kebebasan finansial. Jika ada yang tidak kita tahu dalam proses mencapai tujuan, saatnya mencari tahu. Dengan terus meningkatkan diri, berarti kita semakin punya banyak bekal untuk mencapai tujuan kita.
Dan dengan pemahaman margin of safety alias diskon, maka kita sebaiknya bebas finansial ketika perhitungan 25x nilai aset kita ketika masa krisis finansial, bukan saat di puncak euforia finansial. Ini adalah garis besarnya, mengenai detil bagaimana kita melakukan, balik lagi ke latar belakang kita.
Kemudian valuasi sendiri sifatnya personal. Jadi valuasi adalah ukuran kita melakukan transaksi beli dan jual di berapa. Bukan ukuran benar salah kalau melakukan transaksi., sudah capek-capek melakukan perhitungan ternyata habis beli malah turun, atau habis jual malah naik. Artinya ada valuasi orang lain dengan standarisasi yang berbeda dengan kita. Standarisasi mereka, berarti asumsi mereka. Apakah selalu benar? Jelas tidak, karena kalau selalu benar, berarti yang memakai metode itu sudah paling kaya di dunia. Ini berarti yang kita cari bukan metode yang paling benar, tapi yang paling cocok dengan kita. Dan kalau sudah ketemu, harus konsisten menjalankan supaya tujuan kita tercapai nantinya. Ini berarti kita membangun kebiasaan menggunakan metode valuasi.
Kita ingat juga. perusahaan bagus sendiri setiap hari biasanya diperdagangkan di harga mahal. Wajar saja, di hari normal siapa yang mau menjual perusahaan miliknya di harga murah. Tapi ada saat tertentu akan mendorong harga perusahaan bagus ke harga tidak masuk akal karena fear atau greed. Di saat itu kita mengambil tindakan. Ini juga harus kita jadikan kebiasaan. Ketika harga saham turun, kita harus terbiasa untuk tidak panik, dan ketika harga saham naik, kita harus terbiasa untuk tidak serakah.
Membangun kebiasaan baru tidak gampang, karena kita harus mengurangi kebiasaan lama, dan memasukkan kebiasaan baru. Tapi kalau fokus kita adalah masa depan yang lebih baik, maka kita akan punya semangat untuk melakukannya. Seperti naik anak tangga, kita tahu ujung tangga adalah lantai lebih tinggi, maka setiap langkah kita adalah menuju ke atas, alias kita melakukan tindakan yang mendukung langkah kita. Bukan kebiasaan yang justru berlawanan dengan tujuan kita.
Sehari satu tindakan lebih baik, dalam jangka panjang kita pasti akan sudah lebih maju dibanding hari ini. Jika tidak mau maju, selalu akan ada orang lain yang akan melakukannya. Apakah kita siap ketinggalan kereta. Dan juga ada kemungkinan hasil tidak sesuai harapan, tapi lebih baik bagi kami mencoba dibanding berdiam diri melihat perubahan terjadi. Syukur-syukur kalau perubahan ada di pihak kita, bagaimana kalau terlalu perubahan justru merugikan kita?
Konsisten membangun kebiasaan baik, demi masa depan yang lebih baik.