Connecting the Dot

  • Save

 

Connecting the Dot

Dalam memulai berinvestasi, ada banyak sekali yang tidak kita ketahui. Awalnya kita akan menyerap berbagai informasi, biasanya informasi yang paling dekat dengan kita. Misalnya orang yang mengenalkan kita pada investasi, atau media yang berhubungan dengan finansial. Kita akan seperti anak kecil yang belajar, banyak bertanya. Sesuai pepatah, malu bertanya sesat di jalan.

Salah satu media yang paling umum untuk bertanya adalah internet. Karena internet adalah kumpulan informasi dari berbagai sumber dengan level yang berbeda. kita bisa menanyakan apa saja. Apakah semua informasi itu bisa dipahami, tergantung lagi level kemampuan kita. Berinvestasi adalah salah satu cara mendapatkan uang, jadi setidaknya kita harus mencari ilmu. Apalagi jika investasi adalah metode yang sebelumnya tidak kita pahami.

Syarat untuk bisa mendapat informasi adalah punya pikiran yang terbuka. Kalau pikiran sudah terisi atau punya konsep, jelas kita tidak akan bisa menerima informasi baru. Selalu memakai metode 3 gelas dalam belajar, yaitu jangan seperti gelas penuh yang sudah penuh informasi sehingga tidak mau belajar, jangan seperti gelas bocor yang tidak bisa menyerap informasi, atau gelas keruh yang punya niat tidak baik dalam belajar. Jika kita tidak paham mengenai apa yang kita baca, cukup diletakkan di samping dulu, nanti ketika waktunya tiba, kita akan sadar.

Ini yang dimaksud Steve Jobs tentang connecting the dots. Ketika menyambung titik-titik pengetahuan dan pencapaian, kalau melihat ke depan kita tidak akan tahu apa hubungannya semua itu, tapi hanya dengan melihat pengalaman kita di belakang, barulah kita akan melihat semuanya. Ini gunanya melakukan review atas apa yang kita lakukan. Selama melakukan proses ini, kita sendiri harus punya kesabaran dalam menjalankan. Kalau tidak, kemungkinan besar kita akan berhenti di tengah jalan. Apalagi tanpa tahu tujuan yang akan kita capai.

Mengenai tujuan, ini gunanya di awal kita menentukan dulu apa gunanya kita berinvestasi. Walau tujuan mungkin berubah terus. Satu hal jika mau mempersingkat perubahan ini, lihatlah gambaran besarnya. Apa tujuan terbesar kita. Ini dibahas oleh Buffett di aturan 5/25. Yaitu kita fokus dengan 5 hal paling besar dari hidup kita dan abaikan yang lain sebelum 5 ini tercapai. Bagi kami, mencapai titik yang nyaman adalah pioritas utama.

Dengan ditemukannya pioritas utama, nanti kita akan melihat titik-titik yang memungkinkan kita mencapai ini. Informasi yang mendukung, guru-guru yang sesuai tujuan, dan materi yang ada. Ini seperti ketika kita berpikir tentang mobil warna kuning, nanti di jalanan kita akan mulai melihat mobil warna kuning. Kejadian ini bukanlah sulap, tapi kekuatan fokus. Kalau di awal kita tidak menyadari, dengan mulai fokus, kita akan mulai melihat apa yang kita mau.

Menyambung titik ini, atau boleh kita bilang cerita atau kejadian, diperlukan karena hidup itu sendiri adalah kondisi dari kejadian-kejadian yang terus berlangsung. Kalau ini terjadi di hidup kita, maka ini dinamakan pengalaman. Hanya dengan melihat sejarah pengalaman kita, makanya kita bisa tahu apa yang sudah kita capai saat ini. Dan dalam berinvestasi juga sama, kita belajar melihat dengan tenang kejadian-kejadian yang terjadi. Tinggal kita sendiri yang memutuskan, kapan kejadian ini menguntungkan atau merugikan kita.

Dan dengan pemahaman bahwa semuanya adalah berkesinambungan, alias terus menyambung, maka kita tidak langsung bereaksi pada setiap kejadian yang ada. Karena yang sekarang terjadi juga akan lewat. Apa lanjutannya? Ini yang penting. Misalnya sekarang, situasi ekonomi serba tidak pasti karena ada perang dagang. Setiap hari media selalu memberitakan seakan-akan dunia bergantung pada situasi ini. Tapi kalau kita gali, perang dagang hanyalah 4% dari total ekonomi China. Benar bahwa efek tidak langsung bisa kemana-mana, tapi ingat lagi, cerita selalu akan berlanjut. Orang yang terlibat tidak akan tinggal diam. Jika ada potensi kerugian, maka mereka berusaha mencegah supaya tidak memburuk. Kalau kita sediri bereaksi karena ketakutan akan lebih buruk, apakah ini benar akan terjadi. Bagaimana kalau ketakutan kita tidak terjadi?

Misalnya lagi, sekarang banyak yang terus memberikan gambaran akan potensi finansial. Kemudian diulang-ulang lagi krisis 2008. Apakah benar kita akan seperti 2008? Kalau baca sejarah, krisis memang akan terus berulang karena itu adalah paket cerita dalam ekonomi. Semua yang melakuka aktivitas ekonomi akan selalu mengalami naik dan turun. Kita tidak bisa menyatakan saya cuma mau naik dan tidak mau turun. Orang lain juga punya pemikiran yang mirip. Dan orang lain belum tentu ada di bidang yang sama. Kalau bidang berbeda bertemu, mana yang harus naik ekonominya. Bisnis minyak mengharap harga minyak tinggi untuk untung, tapi bisnis transportasi mengharap harga minyak yang rendah. Harapan, ketakutan, antisipasi, dan semua reaksi yang ada akan menggerakkan ekonomi. Kita harus sadar bahwa kita tidak bisa bereaksi terhadap setiap kejadian yang ada.

Dengan demikian, yang harus kita perhatikan adalah keranjang investasi kita. Ini yang dibahas Buffett, taruhlah telur dalam 1 keranjang dan awasi dengan seksama. Dan juga berkata, jangan menjual investasi kita hanya karena kabar langit akan runtuh, tapi juallah jika ada yang berubah pada produk investasi kita. Dan ini gunanya kita banyak membaca. Karena memberi kita informasi apa yang dilakukan orang di depan kita. Pengalaman sendiri memang guru yang baik, tapi pengalaman orang lain adalah guru terbaik. Orang lain sudah melakukan, dan kalau mereka gagal di langkah ini, mengapa kita harus melakukan yang sama.

Karena dasar inilah, maka kita seharusnya hanya belajar dari yang sudah terbukti berhasil. Memang tidak banyak yang berhasil di dunia investasi, tapi lebih baik belajar dari yang sudah teruji dibanding mencoba-coba yang lain. Atau bahkan lebih buruk lagi, menjadi manusia percobaan metode yang belum teruji, apalagi kita harus membayar mahal metode itu. Padahal sumber ilmu banyak sekali yang murah. Orang-orang sukses di bidang investasi yang berbagi ilmunya, materi di youtube yang bisa kita tonton berulang, atau buku yang bisa dibawa kemanapun.

Dengan belajar dari yang sudah berhasil maka kita tahu langkah yang dilakukan seperti apa. Misalnya kalau mengalami floating lose, alias investasi kita dalam kondisi rugi, biasanya orang mengajarkan jual rugi, tapi orang yang berhasil banyak yang bertahan melewati kondisi buruk karena tahu semuanya tidak permanen. Ingat orang yang mengalami situasi merugikan akan berusaha keluar dari sana. Dan perusahaan adalah kumpulan orang. Jadi kita bergantung pada kumpulan orang yang selalu bergerak maju.

Dan dasar dari kemajuan hasil investasi kita tergantung pada kita sendiri. Karena itulah Steve Jobs selalu mengatakan stay foolish stay hunger. Artinya kita harus selalu merasa ada yang bisa kita pelajari dan jangan berpuas diri. Janganlah merasa sudah cukup ilmu tapi lapar materi, tidak mau belajar tapi mau kaya raya sehingga bisa foya-foya karena sudah bosan hidup sederhana.

Dan dari belajar nantinya kita akan bertemu banyak situasi yang mendukung lebih maksimal lagi. Misalnya buku Factfulness yang membahas kondisi global seperti apa. Dari sana, kita bisa mencari tahu mengenai masa depan Indonesia seperti apa. Kemudian kalau ada dana lebih, biasanya kita wisata keluar negeri. Jangan cuma foto-foto saja di sana, banyak hal menarik yang bisa kita lihat. Kalau di negara maju, maka melalui panca indra kita bisa melihat seperti apa masa depan Indonesia. Bahkan jika Indonesia tidak bisa seperti itu, kita sendiri sudah punya gambaran, jika kita cukup, bisa saja negara itu adalah masa depan tempat tinggal kita.

Video Steve Jobs tentang connecting the dots bisa ditonton di sini : https://youtu.be/s9AlRhrTISE

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!
Copy link