


Belajar dari Sejarah
Kita pernah mendengar kalimat bahwa sejarah selalu berulang, yang artinya apa yang nanti mungkin terjadi adalah pengulangan dari masa lalu. Tapi Warren Buffet sebagai investor terbesar dan terbaik juga mengatakan, jika sejarah selalu berulang, maka yang paling kaya adalah yang kerja di perspustakaan karena punya semua informasi sejarah. Atau jaman sekarang dimana semua bisa mengakses berbagai informasi dengan cepat dan mudah.
Kita harus membedakan mana sejarah yang berulang dan mana yang tidak. Perbedaan itu akan memberi respon yang berbeda, kita tidak bisa memperlakukan semua sejarah sama persis kemudian bereaksi sama. Setiap kejadian terdiri dari berbagai faktor yang membuat kondisi terpenuhi untuk terjadi. Karena faktor-faktor inilah maka solusi setiap kejadian akan berbeda. Ini banyak dibahas di buku One Up on Wall Street, misalnya ketika krisis tahun 1920an, banyak petani yang kena efeknya karena pada masa itu Amerika masih banyak petani. Tapi krisis selanjutnya, pemicunya berbeda, dan yang kena juga akan berbeda, sehingga solusinya juga berbeda.
Karena perbedaan-perbedaan inilah maka setiap sektor bisnis dan perusahaan akan menjalankan nasib yang berbeda. Yang sama adalah bahwa sifat emosional manusia selalu sama. Misalnya sebagian besar krisis terjadi karena sifat ingin lebih dan merasa kekurangan. Manusia yang ingin menikmati lebih cepat akan meminjam uang supaya bisa digunakan untuk konsumsi, dan karena itulah ada manusia yang akan mendapat bunga dari ini. Satunya membayar masa depan, satunya lagi dibayar masa depan.
Seperti kata Einstein, apakah benar atau tidak perkataan Einstein, yang penting berguna kata-katanya, bunga majemuk adalah keajaiban dunia kedelapan. Setiap nilai yang digulung terus akan bersifat seperti bola salju, makin lama makin besar. Kalau terbiasa berhutang, maka hutang kita akan semakin besar, kalau terbiasa menabung, tabungan akan semakin besar. Dan dalam masalah bunga, kita haruslah di pihak yang mendapat bunga, bukan membayar bunga.
Dan setiap orang melakukan konsumsi, maka ekonomi bergerak. Dalam keadaan normal maka semua akan baik-baik saja. Sayangnya, sifat manusia yang tidak bisa tinggal diam selalu membuat situasi tidak pernah seimbang. Contoh di film Avengers bahkan Thanos yang telah menyeimbangkan alam semesta pada akhirnya menciptakan ketidak puasan baru yang membuat dunia tidak seimbang lagi.
Ketika konsumsi berlebihan, seperti semua hal terlalu banyak adalah tidak baik, maka ekonomi akan mengalami masalah. Pemerintah melalui bank sentral akan melakukan banyak hal supaya semua kembali normal. Ketika perubahan terjadi, sudah pasti akan ada yang diuntungkan dan ada yang dirugikan. Adalah keinginan setiap orang untuk selalu berada di pihak yang diuntungkan. Sayangnya ini adalah mimpi di sepanjang hari. Kita harus menerima bahwa kadang kita ada di pihak yang untung, kadang kita ada di pihak yang rugi, inilah kehidupan itu.
Sama juga di kehidupan berinvestasi, kita tidak bisa berharap selalu untung, apalagi ketika sudah ingin lebih. Kita kadang harus menerima bahwa ada situasi tidak sesuai harapan, dan logikanya, ketika harapan tidak sesuai kenyataan, kita harus menerima kenyataan, dan kemudian mencari solusi atas itu. Selalu ingat, jika bisa diperbaiki maka tidak ada gunanya bereaksi negatif, dan jika tidak bisa diperbaiki maka tidak ada gunanya juga bereaksi negatif.
Di gambar, terlihat bahwa setiap kali terjadi inverted yield curve (IYC), silakan cari pemahaman ini di internet, maka resesi dikatakan pasti terjadi. Tapi apakah semua resesi sama lamanya dan sama parahnya? Kemudian apakah semua perusahaan akan mengalami kondisi yang sama? Dari gambar saja sudah terlihat bahwa setiap IYC tidak sama dalamnya, kemudian resesi di depan juga tidak sama waku mulai atau waktu berakhirnya. Bahkan IYC yang lebih dalam di tahun 2000 awal tidak membuat resesi lebih parah dan lama dibanding IYC di 2007.
Artinya jika nanti benaran ada resesi, maka respon kita harus disesuaikan dengan kondisi yang ada. Dan kami pribadi yakin bahwa resesi seperti apapun, kita sendiri dalam kondisi tidak berhutang, punya tabungan yang cukup, akan mampu membantu kita melewati resesi. Dan perusahaan yang punya sedikit hutang, bisnis yang bagus tahan resesi atau justru baik ketika resesi muncul, dan punya cash yang besar, yang akan melewati resesi dengan baik.
Resesi cuma satu contoh, akan banyak kejadian yang bisa terjadi yang mempengaruhi investasi kita. Misalnya setelah pemilu asumsi orang adalah bursa akan naik, buktinya sekarang bursa tidak bisa naik melewati level sebelumnya. Jadi percuma kita berusaha menebak apa yang terjadi, bagi kami lebih baik kita bersiap menghadapi apapun yang terjadi. Istilah umum adalah open mind dan open heart. Bahwa apapun mungkin terjadi dan kita siap secara mental menghadapinya. Situasi baik tidak membuat kita mabok kemenangan dan situasi buruk tidak membuat kita merasa dunia akan kiamat.
Dan siklus ekonomi akan terus berlanjut, kondisi baik akan melahirkan orang lemah, orang lemah akan melahirkan kondisi buruk, kondisi buruk akan melahirkan orang kuat, dan orang kuat akan melahirkan kondisi baik. Selalu naik dan turun, tapi naik dan turunnya kapan, berapa lama, kapan, siapa yang bisa tahu. Satu hal saja pegangan kami dalam berinvestasi, perusahaan dengan kinerja baik akan naik harganya, perusahaan dengan kinerja buruk akan turun harganya. Analisalah bagian itu, karena hanya bagian itulah yang mungkin bisa diikuti oleh investor ritel seperti kita semua.
Satu hal lagi, selalu jadikan artikel kami sebagai awal pencarian informasi, misalnya bisa saja tentang IYC, Warren Buffett, buku One Up on Wall Street, dan seterusnya. Jangan jadikan ini sebagai kesimpulan akhir. Selalu pakai cara berpikir yang mau belajar terus, karena hidup itu sendiri adalah pelajaran untuk yang melihatnya, dan hukuman untuk yang memandang lain.
Pingback: Google