


Siapa Yang Lebih Baik
Dalam sepakbola selama 10 tahun ini, orang selalu membandingkan mana yang lebih baik, Messi atau Ronaldo. Berbagai cara diterapkan untuk membuktikan yang satu lebih baik dibanding yang lain. Dari jumlah gol, jumlah gelar, peran di tim, dan terakhir adalah jumlah gol internasional, yaitu gol yang dicetak ketika mewakili negara masing-masing. Mana yang paling benar. Setiap orang punya jawaban masing-masing. Yang suka Messi akan mencari data yang mendukung opininya, dan sebaliknya juga sama.
Untungnya dalam sepakbola, ataupun olahraga lainnya, menjadi fans tidaklah terlalu merugikan jika kita terus bertahan menyukai sesuatu. Misalnya membela Liverpool yang sudah hampir 30 tahun belum menjuarai liga Inggris. Bagaimana dengan investasi saham.
Dalam memilih saham unggulan, kita akan menggunakan rasio tertentu. Karena dalam berinvestasi, yang paling penting adalah bagaimana perusahaan menghasilkan laba, maka yang pertama kita lihat adalah kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih. Kemudian ada yang mengkonversi ke arus kas bersih, karena asumsinya jika tidak bisa menjadi uang, percuma laba di atas kertas. Laba sendiri paling bagus adalah dihasilkan oleh peningkatan penjualan. Penjualan sendiri dihasilkan oleh aset yang semakin lama semakin banyak dan besar. Tapi aset sendiri kalau sumber dananya dari hutang yang terlalu banyak, juga tidak bagus, sehingga muncullah rasio ekuitas. Kemudian ada yang menganalisa, tidak masalah hutang besar yang penting setiap tahun bisa membayar bunga, muncullah rasio laba dibanding dengan bunga hutang.
Kemudian untuk perusahaan ritel, muncul lagi rasio persediaan yang harus efisien. Dan sektor finansial yang butuh kecukupan modal. Dengan banyaknya rasio, akan muncul berbagai peringkat perusahaan yang bagus. Ada yang bagus di satu data, dan jelek di yang lain. Ada juga yang sangat bagus di hampir semua data, sayangnya harga saham tidak murah. Pertanyaan pentingnya, yang mana yang harus kita ikuti.
Mengikuti rasio yang salah akan membuat kinerja investasi kita ketinggalan dibanding yang lain. Jadi selalu ada keinginan untuk selalu benar dalam memilih saham. Idealnya memang seperti itu. Sayang dalam dunia nyata, tidak ada kisah ideal. Karena banyak dari rasio dan indikator di atas dihasilkan oleh orang lain. Kita saja belum tentu bisa mencapai target aktivitas yang sudah kita tentukan, apalagi orang lain. Ini baru membahas kinerja perusahaan, belum lagi kinerja saham yang fluktuasinya lebih sering lagi karena itu adalah reaksi banyak orang terhadap setiap kejadian yang muncul.
Dengan pemahaman demikian, maka pada akhirnya akan ada batasan yang harus kita tentukan sendiri. Batasan rasio yang dipakai ini bisa diterapkan pertama melalui pengalaman orang lain yang sudah melakukan, kemudian kita menyesuaikan dengan kondisi yang kita hadapi. Ketika melakukan itu, kita harus berani tutup telinga terhadap semua informasi yang tidak mendukung pencapaian kita. Misalnya kita sudah menemukan bahwa laba adalah faktor paling penting dalam menganalisa saham, tapi kadang ada situasi tertentu harga bergerak berlawanan dengan kinerja perusahaan. Apakah kita akan goyah kemudian merubah gaya investasi atau tetap bertahan di metode yang sudah kita lakukan.
Adalah penting untuk memakai metode yang sudah teruji keberhasilannya oleh orang di depan kita. Salah satu penyebab kami merubah gaya investasi kami dulu adalah ketika berdiskusi dengan orang yang sudah lama di investasi saham. Bertahun-tahun melihat layar setiap hari pasar malah tidak mendapat untung, di saat yang sama seharusnya kita bisa melakukan aktivitas yang lebih maksimal. Menyadari keterbatasan kita adalah langkah awal dalam berinvestasi, walau ada yang bisa trading for living alias mendapat uang makan dari bursa, kami menyadari bahwa itu bukan jalan kami. Jadi kami mencari gaya investasi yang nyaman untuk kami sendiri dan secara konsisten melakukannya bertahun-tahun.
Yang terakhir, dalam olahraga, mengidolakan sosok atau tim yang tidak pernah menang seumur hidup tidaklah banyak merugikan kita, tapi dalam berinvestasi, kita akan mengalami kerugian finansial jika terjebak di metode yang terus-menerus membuat kita mengalami kerugian. Ingat pasar modal adalah tempat kita mengumpulkan uang, bukan pasar modar, tempat membuang uang.
Fokuskah pada metode yang sudah teruji yang bisa kita lakukan selama bertahun-tahun secara konsisten, itu yang akan memberikan hasil pada investasi kita, bukan setiap hari berpindah metode atau mengharap hasil uang kaget misalnya sahamnya tiba-tiba naik tajam tanpa kita sadar penyebabnya yang tidak bisa kita ulangi metodenya. Jika 1 hari kita mendapat 100 ribu di bursa, atau kenaikan 2% dari aset kita, bukan berarti 1 tahun kita tinggal x 250 hari bursa. Cara kerjanya tidak seperti ini. Kita harus menerima bahwa kadang bursa akan mengalami kenaikan, dan ada hari bursa mengalami penurunan. Apa yang kita lakukan dan tidak kita lakukan di kondisi itu yang akan menentukan hasil investasi kita.