2019 – 2020

  • Save

 

2019 – 2020

Setahun lagi berlalu. Setelah portofolio turun di tahun sebelumnya, tahun ini portofolio mengalami kenaikan. Walau tidak banyak, karena fokus kami tetap membeli saham yang sudah murah. Semakin murah berarti kesempatan membeli lebih banyak. Ini seperti hari ini bisa membeli gula 1 kg seharga 1000, besok gula 1 kg menjadi 500, berarti dengan uang yang sama kita bisa membeli 2 kg. Tujuan berinvestasi tetap pada tujuan awal, yaitu mempersiapkan masa pensiun. Karena inilah, ketika masih bisa menghasilkan, kami berusaha sebanyak mungkin membeli.

Kalau membeli terus, kapan menjualnya? Itu pertanyaan yang sering ditanyakan. Balik lagi, Jika potensi ke depan masih ada, artinya perusahaan akan berkembang, yang seharusnya dilakukan adalah membeli. Menjual adalah ketika potensi sudah tidak ada lagi atau setidaknya mengecil. Anggap saja sedang kredit rumah. Jika kredit rumah 10-15 tahun kita jalani dengan keyakinan penuh, mengapa di saham tidak. Apalagi di rumah, setiap membayar, kita membayar lebih besar karena ada bunga untuk itu. Mencicil saham justru akan mendapat bunga alias jika perusahaan yang kita pilih membagikannya.

Kemudian, jika setelah membeli sahamnya turun bagaimana? Yang pertama harus dipahami adalah kita tidak ada kemampuan menebak nanti harga saham akan kemana. Jika ada kemampuan, jelas kita tidak mungkin membeli saham yang akan turun. Karena itulah kami mengembangkan strategi menabung. Fokus menabung kami adalah di saham-saham yang menurut kami ada potensi. Seperti kredit rumah, kita akan sangat senang jika bank memberi tahu bahwa bulan depan KPR turun, maka demikian juga dengan harga saham.

Yang penting bagi kami adalah kemampuan menghasilkan uang dari keahlian kami tetap terjaga. Kalau bisa naik di atas inflasi. Penghasilan yang terus meningkat diinvestasikan ke aset yang ke depan naik melebihi inflasi, itu strategi jangka panjangnya. Selalu ingat 2 aturan Buffett, aturan pertama adalah jangan sampai rugi, dan selalu ingat aturan pertama.

Dan kami merubah beberapa saham yang ada di daftar kami, sambil menambah pengetahuan di sektor itu. Seperti kata Munger, pertahankan lingkaran kompetensi kita. Artinya jika kita tahu batasan yang bisa membuat kita celaka, jangan pernah melewati batas itu. Kemudian dengan berjalannya waktu, kita memperbesar lingkaran ini. Ini bisa didapatkan dari banyak membaca dan mendengar, lebih sedikit berbicara. Karena itulah mata dan telinga ada 2 sedangkan mulut cuma 1.

Berinvestasi itu sederhana, cari perusahaan bagus, beli ketika murah, jual ketika mahal, dan ulangi terus menerus sampai kita menjadi kaya. Selama proses itu, kita belajar supaya makin paham kondisi bursa, dan menciptakan cash flow dengan konsep menabung saham. Yang susah emosional kita menghadapi naik turunnya harga saham. Kalau turun kita takut, kalau naik kita ingin lebih.

Kemudian ada beberapa buku yang kami selesaikan, misalnya the Deals of Warren Buffett, bagaimana Buffett menghasilkan 100 juta usd. Kemudian buku Getting started in Value Investing. Buku selanjutnya bisa kita cek di internet, misalnya buku yang direkomendasikan Buffett atau Bill Gates. Atau bahkan kita bisa membaca annual letter dari semua ahli investasi misalnya Buffett, Munger, atau Howard Marks. Secara berkala mereka membahas apa yang mereka lakukan pada situasi tertentu. Situasi mungkin beda tapi akan mirip, misalnya dulu ada perang Vietnam, Irak, sekarang ada perang Iran. Membaca apa yang dilakukan orang berhasil akan menghemat waktu kita, karena kita ada gambaran apa yang harus dilakukan.

Dan baru-baru ini kami mengikuti seminar di Kuala Lumpur. Harga yang ditawarkan cukup ok, dan banyak hal yang bisa dipelajari di sana. Walau inti dari berinvestasi itu sama saja dimana-mana. Mengikuti seminar dengan burung sejenis akan membuat kita semakin percaya dan melihat ujung dari jalan yang akan kita tempuh. Akan sangat pusing jika kita terus berhadapan dengan orang-orang yang tidak sejalan. Bayangkan jika kita melakukan A, ada berbagai macam komentar yang bukannya mendorong maju, tapi malah berusaha menjatuhkan. Sebisa mungkin hal demikian harus dikurangi supaya kita bisa terus melaju.

Dan dari menabung kami sedikit lagi akan mencapai milestone atau batu kedua. Tahapan ini menjadi panduan kami dalam menabung saham. Jika melakukan perjalanan Jakarta-Surabaya tanpa petunjuk arah, mungkin kita akan tersesat. Dengan adanya batu arahan ini, kita akan tahu apa yang terjadi, dan apa yang harus dilakukan ke depannya. Apakah kita harus mundur, atau terus melaju.

Seperti petunjuk guru kami, tidak perlu mengharapkan kejadian tertentu harus terjadi, yang penting kita sendiri siap menghadapi apapun yang terjadi. Ketika harga saham jatuh, kita siap, ketika harga saham naik tinggi, kita juga siap. Pada akhirnya berinvestasi itu cuma alat untuk mencapai apa yang kita inginkan.

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!
Copy link