The New Normal

Sekarang kita memasuki era the new normal. Artinya ada hal baru yang akan menjadi kebiasaan kita. Apa saja itu? Semua tergantung apa yang kita inginkan ke depannya. Ada 3 kesehatan yang kami tekankan selama masa karantina ini, yaitu sehat fisik, sehat mental, dan sehat finansial. Mudah-mudahan semua yang membaca masih sehat di 3 hal ini.

Karena memasuki new normal, kondisi akan berbeda, kita perlu menghadapi semuanya. Seperti tulisan Bill Gates, tidak akan kembali normal sampai vaksin tersedia secara massal. Tapi ada vaksin juga nanti selalu akan ada potensi virus baru lagi. Perkembangan manusia membuat kondisi ini sangat mungkin terjadi. Kita merambah daerah yang sebelumnya tidak tersentuh, hutan, gunung, laut, yang mungkin saja akan membawa bakteri atau virus yang membahayakan kita karena tubuh belum ada antibodi untuk ini. Kita juga tidak mungkin hidup di rumah saja tanpa keluar, kecuali memang secara finansial sudah siap untuk itu. Jadi apapun yang terjadi, kita harus siap.

Kalau di bursa, apa saja yang harus dilakukan. Tidak melakukan apapun, menjual dulu berharap nanti turun beli lagi, atau beli saja karena yakin masa depan akan membaik. Semua tergantung bagaimana kita mengambil kesimpulan dari informasi yang ada. Bagi kami, ada beberapa pandangan yaitu :

  1. Ketika covid-19 mulai meluas ke seluruh dunia, ini membuat kondisi sepertinya akan kiamat. Apakah kiamat ekonomi, kematian massal, atau banyak yang mentalnya terguncang, ini berarti kelangsungan hidup manusia terancam. Dan ketika kondisi ini terjadi, manusia jelas tidak akan tinggal diam. Kita kena sinar matahari saja langsung pindah ke tempat yang lebih sejuk, apalagi situasi yang lebih parah terjadi.
  2. Ada aksi reaksi. Ketika dunia dalam kondisi panik, semua negara butuh alat kesehatan, memang ada pihak yang berusaha mengambil untung, tapi secara mayoritas, manusia tetap punya kebaikan hati. Sehingga banyak yang menggunakan segala sumber dayanya untuk membantu. Ada yang nyumbang alat kesehatan, ada yang nyumbang dana, ada yang nyumbang makanan, dan sebagainya.
  3. Apa yang dilakukan manusia adalah berusaha mengatasi masalah yang terjadi, tapi selalu ada faktor tidak bisa diprediksi. Misalnya karena lockdown, ekonomi jadi parah, atau ada pihak yang bereaksi negatif terhadap kebijakan pemerintah di dunia. Kemudian ada faktor X dari Donald Trump yang susah diprediksi.
  4. Pepatah : tidak ada yang berlangsung selamanya, ketika di atas kita harus punya kerendahan hati melihat perubahan, ketika di bawah kita harus punya kesabaran menunggu perubahan.

Kalau kita menilai sekarang adalah buruk, kami ada menonton video di youtube yang bagus. Inti videonya, bayangkan kita lahir di 1900 di Amerika, negara yang katanya sangat luar biasa. Umur 14 tahun, kita mendapat berita bahwa ada perang dunia. Di umur 18 baru saja ada pengumuman menang perang, tentara yang pulang membawa virus flu Spanyol, yang menginfeksi 500 juta orang di dunia, 1/3 dari total penduduk, dan 50 juta kematian. Baru saja selamat dari flu Spanyol, ekonomi yang sangat besar terjadi di 1929, usia produktif yang harusnya siap kerja dan menatap masa depan dengan cerah. Di usia 39, perang dunia kedua pecah. Selesai perang, kita memasuki perang dingin dengan Uni Soviet selama bertahun-tahun, di dalam ancaman perang nuklir. Usia 63 harusnya sudah di masa pensiun, presiden yang populer justru mati terbunuh. Kemudian di usia 1965 Amerika terlibat perang lagi di Vietnam, dan di usia 73 walau tidak resmi, tapi posisi Amerika mundur dari perang Vietnam. Kemudian presiden terlibat skandal sehingga harus mengundurkan diri. Jadi seumur hidup jika kita lahir di 1900, kita akan melalui berbagai masalah terbesar di dunia.
Apakah 2020 masih terlihat buruk? Semua balik lagi ke fokus kita apa. Masalah atau kesempatan.

Dengan inilah, bahwa ke depan selalu akan lebih baik, dan di antara itu ada situasi yang mungkin saja buruk dan tidak bisa diprediksi, maka sikap kami di investasi adalah berusaha menghindari menebak apa yang terjadi dalam waktu dekat, dan fokus pada nilai ekonomi dari setiap perusahaan. Dan karena inilah maka kami memutuskan dalam berinvestasi menggunakan metode dollar cost averaging.

Semua tergantung lagi cara pandang kita. Kalau kita fokus ke potensi karena yakin dengan yang kita analisa, maka kita akan berani terus membeli. Kalau tidak, maka fokus kita pasti akan ke masalah kalau turun lagi bagaimana, apalagi kalau sebelumnya kita sudah ada posisi dan sedang dalam posisi minus. Akhirnya tidak ada perubahan yang terjadi, balik ke normal saja.

Dalam New normal kita harus mendapat sesuatu, ilmu yang bertambah, aset yang bertambah, cara berpikir yang baru, bahkan kalau kita bilang enak saja bahas investasi seperti tidak ada kekurangan uang, saya mau bertahan hidup saja susah. Maka ini justru memberi tanda kita ada dalam bahaya dan harus segera berubah supaya nanti situasi yang sama akibat kejadian yang berbeda, kita lebih siap.

Bagi kami, jika sebelumnya sudah membeli saham, daripada terus mencari yang baru, mending fokus dengan yang sudah ada. Kita cenderung akan berpindah ke saham lain jika yang sebelumnya merugikan kita, misalnya floating lose. Tapi jika kita membeli yang baru, apakah yakin akan naik, atau malah nyangkut lagi, sehingga akhirnya kita punya banyak saham dengan harga di atas.

Dengan membeli terus saham yang sudah ada, posisi kita akan bertambah di harga bawah, ini seperti membeli rumah dan bank mengatakan bulan depan harga cicilan diskon. Bahkan jika kita ingin menjual suatu hari, dengan harga rata-rata sudah turun akan membuat semuanya menjadi lebih mudah.

Dan kita bisa belajar dari yang sudah berhasil misalnya Warren Buffett, karena itu arah yang terbukti bisa mencapai garis finish. Contoh misalnya kalau tidak melihat orang yang sudah di depan, kita berpikir kalau floating lose itu salah, salah analisa itu aib, berpikir beli saham itu dibiarkan beberapa waktu saham pasti akannaik dan kita tinggal panen, dstnya. Pandangan-pandangan ini kalau terbentuk dalam waktu yang lama, akan menjadi kebiasaan. Tinggal tanya, apakah kebiasaan ini bisa membawa kita ke garis finish finansial kita?

Kalau melihat 3 bulan ini, sebenarnya saham terbaik mungkin sudah ada di portofolio kita, tidak perlu mencari saham yang lain.
Beberapa contoh antara lain jika dihitung dari titik terendah sampai minggu lalu,
saham bank +40%
saham properti +40%
saham properti +108%
saham media +60%
saham konstruksi +93%
saham ritel +48%
saham alat berat +42%

Kalau kita konsisten membeli, walau tidak meungkin mendapat di harga paling bawah, tapi setidaknya 3 bulan ini memberi kita kesempatan yang banyak sekali untuk membeli di harga murah.

Dan perkembangan portofolio dari hari terendah kira-kira seperti di gambar. Satunya +52% dan satu lagi +48%. Terlihat tidak beda jauh antara account yang dibiarkan saja dan account yang setiap bulan rutin menambah. Tapi cepat atau lambat nilai yang menambah akan membesar, sehingga jika yang tidak menambah modal awalnya 100 juta, jika +50% maka portofolio akan menjadi 150juta, tapi yang setor terus jika modal menjadi 1 Miliar, pertambahan +50% maka portofolio akan menjadi 1.5 miliar.

Tujuan kami rutin menyetor antara lain:

  1. Kami bukan anak orang kaya yang bisa mulai dari modal besar
  2. Kami tidak ada kemampuan market timing, yaitu menebak arah pasar saham, jadi alias menabung saha secara konsisten bisa memecahkan masalah takut salah beli di harga terlalu tinggi
  3. Rutin membeli membuat nafsu trading berkurang
  4. Kalau kita mulai dari kecil, salah beli juga kerusakannya kecil. Bayangkan jika dana kita 10M, salah 10% sudah -1M.

Karena yakin dengan prospek masa depan, maka kita akan berani membeli terus. keyakinan yang harus datang dari data dan fakta. Yang penting keyakinan kita ini tidak melewati garis bahaya, yaitu over confidence sehingga membuat kita mengambil keputusan yang membahayakan aset kita, contoh meminjam dana untuk diinvestasikan karena yakin naik. Ingat saja, pasar saham itu bukan karena kita beli maka harus naik, bukan karena kita jual maka harus turun sesuai keinginan.

Seninya adalah bagaimana mengembangkan aset semaksimal mungkin tanpa mengalami masalah yang membuat kita berhenti di tengah jalan sebelum mencapai tujuan finansial.

error: Content is protected !!
Copy link