Membuat Keputusan

  • Save

Untuk berhasil dalam investasi, hal terpenting adalah membuat keputusan. Keputusan ini adalah hasil dari beberapa kemungkinan yang tersedia. Kita memilih yang menurut kita adalah yang terbaik. Di awal karir investasi kita, jelas kita tidak punya pengalaman dalam hal ini. Karena inilah maka kita harus belajar.

Sumber ilmu ini idealnya adalah dari pengalaman orang yang sudah berhasil. Kita tidak akan mau berjalan di belakang orang lain dan ujungnya adalah jalan buntu, atau lebih parah lagi, adalah jurang. Kita akan menghemat waktu, uang dan sumber daya jika langsung mengikuti yang telah berhasil. Dan yang telah berhasil ini adalah golongan investor yang telah mendapat pengakuan dari orang lain. Misalnya yang ada di posisi teratas dari ranking Forbes. Kemudian yang diakui sebagai manajer investasi terbaik. Selain itu ada Howard Marks dengan kekayaan yang lumayan. Dan baru-baru ini kami membaca tentang Dr. Tan Chong Koay, manajer investasi dari negara tetangga.

Semua yang terbaik dan teruji ini memiliki ciri khas masing-masing. Kita bisa mengambil yang paling cocok dengan kita, atau malah menggabungkan beberapa metodenya. Amati-Tiru-Modifikasi (ATM) adalah yang sering kita lakukan sehari-hari. Kita belajar dari yang di depan kita, mulai dari bayi sampai tua. Mulai dari cara berjalan, berbicara sampai mengambil keputusan bisnis.

Karena belum ada pengalaman, maka pengalaman orang lain adalah guru terbaik. Pengalaman orang lain belum tentu 100% sesuai dengan kita, selalu ada sedikit perbedaan latar belakang. Perbedaan modal, keturunan, situasi ekonomi, pemerintahan, dan seterusnya. Karena itulah kita bisa memulai dengan keputusan kecil. Seperti belajar naik sepeda, awalnya di area yang aman dan pelan-pelan. Kemudian terus menambah kapasitas sehingga kita bisa mandiri di jalanan.

Keputusan yang diambil, selalu ada akibatnya. Kita menilai hasilnya, kadang menurut kita itu buruk, dan mental kita jatuh, atau hasilnya baik, dan kita menjadi semangat. Ini cuma masalah cara pandang saja. Ketika hasil tidak sesuai harapan, yang harus kita fokus adalah hasilnya. Dari sana kita kemudian bertanya, apa yang bisa saya pelajari dari hasil ini sehingga ke depan akan lebih baik. Selalu ingat, hasil hari ini adalah keputusan yang kita ambil kemarin, apa yang kita dapatkan di masa depan, adalah hasil dari keputusan kita hari ini.

Jadi tidak mau mengambil keputusan juga adalah keputusan. Kita akan mendapatkan hasilnya. Misalnya kita tidak yakin berinvestasi, makanya tidak melakukan. Hasilnya bisa buruk, ketika kita tidak ada dana lebih di situasi buruk, atau hasilnya baik, karena tidak kena efek kerugian.

Pioritas utama dalam mengambil keputusan dalam berinvestasi adalah Jangan rugi, dan selalu ingat aturan ini. Ini pedoman dari Warren Buffett. Jadi yang paling penting adalah keselamatan modal kita. Kalau modal habis, kita akan berhenti. Kecuali kita terus menambah, tapi jika tidak ada metode yang terbukti berhasil, tidak bijak terus menambah modal, kecuali ingin melihat uang kita tiap bulan habis.

Adapun cara supaya tidak rugi, akan banyak sekali yang bisa dilakukan. Paling penting adalah membuat keputusan yang benar. Tapi kita tidak mungkin terus menerus mengambil keputusan yang benar. Bahkan juga terus melakukan kesalahan. Di mana tiap kesalahan ini kemudian diartikan metode Buffett sudah kuno. Tapi kalau salah, mengapa Buffett bisa terus berada di level atas investor? Sedangkan yang mengatakan Buffett salah, bahkan belum tentu berinvestasi. Ini yang bisa kita pelajari, bahwa kesalahan itu normal. Dan itu bukan akhir jaman bagi kita, kecuali kesalahannya besar sekali.

Di sinilah kita bisa mengantisipasinya. Kita melakukan diversifikasi, artinya membagi dana investasi ke beberapa hal yang berbeda. Benar bahwa jika benar, keuntungan kita kecil, tapi jika salah, kita tidak langsung kolaps. Sering kita mendengar ada orang mendapat hasil luar biasa di 1 tahun, kemudian tahun berikutnya menghilang. Konsistensi dalam melakukan 1 hal adalah yang terpenting. Buffett bisa paling atas karena konsisten menghasilkan selama 60 tahun.

Cara kedua adalah mencicil pembelian dan penjualan. Kita beruntung berinvestasi di saham. Kalau di properti, tidak mungkin kita mencicil beli pintu dulu, baru jendela, dan seterusnya supaya bisa mendapat harga lebih murah. Atau menjual pelan-pelan supaya bisa mendapat harga terbaik. Bahkan mencicil properti, kita akan dikenakan bunga. Bandingkan dengan saham, jika kita mencicil, tidak ada kerugian apapun. Memang sial kalau baru cicil 1x, sudah terlanjur naik, atau baru jual 1x, sudah terlanjur turun. Tapi keputusan mencicil bukankah untuk mengantisipasi fluktuasi harga, di mana ini sesuai tujuan awal : jangan rugi.

Hal lain yang bisa kita lakukan untuk membuat keputusan benar adalah belajar. Cuma 2 yang kita butuhkan dalam membuat keputusan. Informasi yang bisa kita pelajari, dan mental yang bisa kita asah, dan biasany mental yang susah. Banyak membaca yang dilakukan orang sukses. Biasanya mereka membuat rangkuman tahunan atau biografi atas pengalaman mereka. Dan benar membuat keputusan itu tidak gampang. Makanya yang berhasil itu sedikit. Fokus kita cuma pada keberhasilan, sehingga kita juga mengejar dengan harapan yang sama.

Tapi orang yang berhasil adalah yang tetap membuat keputusan di masa sulit dan berhasil bertahan melalui itu. Itu yang membuat perbedaan antara yang berjuang terus dan yang menyerah. Sama juga di perusahaan tempat kita berinvestasi, market leader adalah perusahaan yang sanggup bertahan dan menjadi semakin besar dari hasil yang terjadi. Ketika pesaing mereka kolaps dan pelanggan dari pesaing bisa diambil. Perusahaan demikianlah yang kami suka.

error: Content is protected !!
Copy link